Jumat, 29 April 2011

DAVALLIA


DAVALLIA

1.      KLASIFIKASI
Kingdom:        Plantae
Division:          Pteridophyta
Class:               Filicinae
Order:              Davalliales
Family:            Dipolypodiceae
Genus:             Davallia
(www.plantamor.com)
2.      MORFOLOGI

            Davallia merupakan salah satu genus dari 40 jenis pakis. Dallavia merupakan tumbuhan epifit. bila dilihat secara langsung, maka tumbuhan ini mempunyai cirri-ciri antara lain rimpangnya kuat,dan ketika masih muda tertutupi oleh sisik, serta daunnya berbentuk segitiga dan kaku, tepinya bergerigi, dan permukaanya mengkilat sehingga mudah dilihat. Daunnya berwarna hijau muda sampai hijau tua. Menurut Tjitrosoepomo (2009:279) daun menyirip ganda dua atau lebih dengan urat-urat yang bebas. Rimpang merayap dengan ruaas-ruas yang panjang, bersisik rapat. Sisik berwarna pirang.
gambar daun.
            Pada davallia ini mempunyai batang yang berupa rimpang  dan berwarna coklat kehitaman. Tumbuhan ini termasuk epifit dan merupakan paku tanah yang isospor. Katika masih muda rimpangnya ini tertutupi oleh sisik-sisik yang padat sehingga warnanya coklat terang.
            Selain batang dan daun, yang dapat dilihat secara nyata yaitu, tumbuhan ini mempunytai entalpi. Entalpi berbentuk panjang dan berjumbai serta menyirip. Pada tangkai entalpi ini berwarna coklat gelap dan mengkilap. Mempunyai indusial berbentuk corong. Smith (1793:157) menyebutnya dengan indusial. Indusial ini berada pada bagian dasar dan berbentuk eperti cagkir.
 gambar entalpi.

            Menurut Mustofa (2009), davallia mempunyai Rimpang yang kuat, berdaging kuat, berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang. Entalnya berumbai, panjangnya sampai 1 m. Bentuk ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Tangkainya bewarna coklat gelap, mengkilat. Helaian daunnya berbentuk segitiga dengan tepi yang berringgit. Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya licin mengkilat, sehingga mudah sekali terlihat dengan jelas. Indusia berbentuk hampir menyerupai setengah lingkaran. Panjang dan lebarnya ± 1 mm. Perbanyakan melalui rimpang. Secara seksual spora dapat digunakan untuk memperbanyak diri.
            Dari pengamatan mengenai davallia ini dapat disimpulkan bahwa cirri morfologinya adalah “   Rimpang panjang-merayap, biasanya tebal, bersisik padat dengan peltate atau sisik berbentuk hati. Stipe telanjang, diartikulasikan ke rimpang. Lamina daun pada spesies Thailand halus dibedah, biasanya deltoid, seperti kulit untuk chartaceous, hijau, gundul. bulat Sori, terletak di ahir uratnya, biasanya dekat dengan margin, indusial berada di bagian dasar dan berbentuk cangkir (Iwatsuki. 1985:157)

3.      SISTEM REPRODUKSI
Tumbuhan paku terdiri dari dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofit dan generasi gametofit ini tumbuh bergantian dalam siklus tumbuahan paku. Generasi sporofit adalah tumbuhan yang menghasilkan spora sedangkan generasi gametofit adalah tumbuhan yang menghasilkan sel gamet (sel kelamin). Pada tumbuhan paku, sporofit berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih lama dibandingkan generasi gametofit. Oleh karena itu, generasi sporofit tumbuhan paku disebut generasi dominan. Generasi sporofit inilah yang umumnya kita lihat sebagai tumbuhan paku. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Widhiastuti (2009:3) menyatakan bahwa  Davallia  ini merupakan tumbuhan epifit yang memilki nilai kerapatan relative terbesar diabanding tumbuhan paku lainnya yaitu 52,521 %. Banyaknya tumbuhan Davallia ini diebabkan Karena rhizome yang dimiliki jenis ini panjang dan menjalar pada tumbuhan yang ditumpanginya. Menurut Sastrapradja (1980:7), perbanyakan genus Davallia dapat melalui rhizome dan spora.
Tjitrosoepomo (2009:279) menyatakan bahwa Davallia memiliki sorus yang  bulat atau memanjang, dimana sorus ini  terletak pada sisi bawah daun, atau disepanjang tepi daun,  dan terpisah-pisah. Indisium dari Davallia ini terdapat pada pangkal dan kanan kiri spesies ini. Dimana indusium  berlekatan pada permukaan daun  sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan terbuka pada arah ketepi daun.
 gambar spora.
4.      SIKLUS  HIDUP
Davallia merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan baru (Sudarsono, 2003).

5.      KUNCI IDENTIFIKASI
1.beradasarkan keberadaan urat daun
  2.daun yang menyempit, mempunyai panjang skitar dua kali lebarnya        1.D.corniculata
2.daun yang meluas, mempunyai panjang yang sama dengan lebarnya.     
2.D. denticulata
1.tidak adanya urat daun
3.sori, tidak ada atau sedikit lebih panjang daripada lebarnya. Kadang – kadang lebih lebar dari panjangnya. Rimpangnya menyempit menuju pucuk.
 4.rhizoma mempunyai diameter lebih dari 8mm.bersisik. panjang daun lebih dari 40 cm.                      3. D. divaricata
 4.rhizoma berdiameter 4-6 mm,bersisik. Panjang daun mencapai 25 cm.           
4.D. peteloti
             3.sori yang panjangnya dua kali lebarnya. Bersisik dan rimpang menyempit diatas dasar
                 5.rhizoma berdiameter 3-5 mm.                 5. D. trichomonoides
                5.rhizoma berukuran lebih dari 6 mm.        6. D. solida 
6.DESKRIPSI MASING-MASING JENIS.
            a. Davallia corniculata

Davallia corniculata mempunyai ciri rimpang yang panjang-merayap, berdiameter sekitar 3mm,rimpang ditutupi dengan sisik, permukaan berlilin, kurang lebih bersisik paten, secara bertahap mengalami penyempitan dari dasar menuju puncak,mempunyai luas sekitar 0.8mm sampai 5mm, berwarna coklat atau merah kecoklatan, sisik berada di pinggir. Stipe berwarna  coklat sampai coklat pucat, berbentuk silinder, gundul, hingga 20 cm. Lamina sempit subdeltoid, secara bertahap penyempitan dari dasar luas cuneate ke puncak, dengan panjang 5 cm sampai 10 cm. sori kecil dan terletak di tepi cuping. Mempunyai Indusial dengan panjang dan lebar sekitar 0,3 mm. 
b. Davallia denticulate

Davallia denticulate  mempunyai cirri rimpang yang panjang-merayap, berdiameter sekitar 5 mm. seluruh bagian rimpangnya bersisik padat; sisik berbentuk bulat telur dan  mengalami penyempitan menuju ujung, ekor paten,pada bagian dasar mempunyai panjang dan lebar sekitar 1,5 mm. pada bagian belakang,mempunyai bentuk lurus dengan ukuran 0,2 sampai 5 mm dan berwarna coklat hingga coklat tua. Sisik berada di pinggir. Stipe berwarna coklat, tereta, sampai dengan 40 cm, gundul. Lamina subtriangular, secara bertahap mengalami penyempitan menuju puncak acuminate. Sorinya kecil, bearda di bagian pinggir. Indusial berbentuk cangkir dengan ukuran 0,4 mm sampai 0,7 mm. 

c. Davallia divaricata

Dvallia divaricata mempunyai cirri rimpang yang merayap, tebal, berdiameter lebih dari 0,8 mm. Bersisik padat di seluruh permukaanya; skala linier-lanset, secara bertahap mengalami penyempitan menuju puncak, bagian belakang panjang mencapai 15 mm. seluruh sisiknya  berwarna coklat sampai coklat tua. Stipe, castaneous berwarna lebih gelap,dengan panjang  hingga 50 cm berbentuk silinder. Sori berukuran kecil, terletak di ahir veinlet,sorous terletak pada ujung pinggir dengan ukuran 0,2 – 0,4 mm, kurang lebih berbentuk cekung, menonjol muncul di bagian atas permukaan. Indusial berbentuk cangkir, berukuran  0.7 mm sampai 1.2 mm.
            d. Davallia petelotii

Davallia petelotii mempunyai cirri rimpang panjang-merayap, berdiameter 4-6 mm. Skala  subulate mempunyai luas dengan panjang, benang seperti ekor, sampai dengan 10 kali 0,8 - 1,2 mm pada bagian dasar, sisik berada di pinggir,berwarna coklat atau keabu-abuan. Berbentuk silinder. Stipe berwarna  kecoklatan, berdiamater 2-2,5 mm dengan panjang sampai25 cm. Sori berada di bagian ahir segmen, berbentuk bulat dengan ukuran 0.8 sampai 1 mm.
e. Davallia trichomandoides

Davallia trichomandoides mempunyai cirri rimpang panjang-merayap, berdiameter 3-5mm, bersisik padat di seluruh permukaanya. Dalam berbagai ukuran daun yang berbentuk dekta pada umunya mengalami penyempitan dari dasar menuju pucuk. Mempunyai panjang hingga 35 cm dan lebar mencapai 18 cm.mengalami penabalan pada bagian pangkal  Sori berada di ahir  veinlets. Indusial berbentuk cangkir dan diameter berukuran 0.7 mm sampai 2 mm.

  f.
Davallia solida        

Davallia solida mempunyai cirri rimpang panjang - merayap, berdiameter 6-12 mm. seluruh permukaanya bersisik. Secara bertahap mengalami penyempitan menuju puncak dengan ukuran panjang 4-5 mm. Bagian apikal tipis, berwarna coklat muda, dengan sisik  padat sekitar 1 mm, caducous, pada bagian dasar berwarna coklat gelap hampir hitam. Pada rimpang yang sudah tua mempunyai ukuran kurang lebih 3 mm. Stipe berwwarna coklat, dengan panjang sekitar 15 cm. mempunyai ukuran daun yang berbentuk sub delta dengan panjang dan lebar kurang lebig 30 cm. daun mempunyai urat yang cukup jelas. Sori bearda di bagian ahir veinlets, pada segmen pinggir. ndusial berbentuk cangkir, mempunyai panjang dua kali lebarnya dengan panjang mencapai15 cm.
7.      MANFAAT
Dvallia mempunyai bentuk yang cukup menarik sehingga banyak diamnfaatkan sebagai tanaman hias, dapat digunakan sebagai unsur pendukung dalam karangan bunga.Selain itu tumbuhan ini dapat ditanam ditempat-tempat yang terlindung maupun tempat-tempat yang terbuka. Dalam suatu penelitian, telah diketahui bahwa tanaman ini mengandung asam hidrosianik.
DAFTAR PUSTAKA
- Iwatsuki, dkk. 1985. Flora Of Thailand volume three part two. Bangkok : TEM STIMINAND
- Mustofa, Imam.  2009. Petunjuk praktikum Botani Phanerogamae. Bandung: FPMIPA UPI.
-Sastrapradja, S., J. J. Afriastini, D. Darnaedi dan Elizabeth. 1980. Jenis Paku Indonesia. Lembaga Biologi Nasional, Bogor. hlm. 7
-Sudarso, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.
-Tjitrosoepomo, gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press
-Widhiastutu, Retno. Dkk. 2006. STRUKTUR DAN KOMPOSISI TUMBUHAN PAKU-PAKUAN DI KAWASAN GUNUNG SINABUNG KABUPATEN KARO. Vol. 13 No. 8
-www.plantamor.com. diakses tanggal 23 April 20011.


protein bersifat zwitter ion.

Zwitter-ion
Zwitter-ion adalah senyawa yang memiliki sekaligus gugus bersifat asam dan basa. Pada pH netral zwitter-ion akan bermuatan positif (kation) maupun bermuatan negatif (anion) Biasanya zwitter-ion mudah larut dalam airkarena bermuatan (air adalah pelarut polar dan sukar larut dalam pelarut nonpolar.Zwitter ion adalah molekul  yang memiliki dua muatan (positif dan negatif) sekaligus,Pada protein, gugus karboksilnya cenderung membentuk ion negatif. Sedang pada gugus aminanya akan membentuk ion positif.
Asam amino, peptida dan protein biasanya mengandung kedua kelompok fungsional asam dan dasar seperti kelompok karboksil dan amino. Asam karboksilat dengan pKa ~ 5 dengan mudah dapat protonate amina (PKB ~ 4) dalam larutan air dan karena itu molekul yang mengandung kedua kelompok karboksil dan amino yang ditemukan Zwitter ion (baik kation dan anion) kondisi pH mendekati netral. Reaksi adalah sebagai berikut:

                        NH3 + CH3COOH <====> NH4 + + CH3COO-
pengertian Zwitterion:

            Zwitter
ion adalah molekul asam amino yang mengandung muatan positif dan negatif. Mereka netral dan tidak memiliki muatan bersih.
            Sifat asam amino fisik mengindikasikan "garam-seperti" perilaku. Asam amino adalah padatan kristal dengan titik lebur yang relatif tinggi dan ada yang cukup larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut non-polar. Dalam larutan, molekul asam amino tampaknya memiliki muatan yang berubah sesuai dengan pH.Asam amino memiliki gugus amina baik dasar dan kelompok asam asam karboksilat.
            Asam amino merupakan bagian struktur protein yang dapat menentukan saifat protein. Berdasarkan sifat asam-basanya kita dapat menentukan pemisahan , identifikasi dan penentuan kuantitatif asam amino dalam campuran. Selain itu juga dapat menentukan komposisi asam amino dalam protein.
            Pada banyak molekul biologis, disosiasi pada satu gugus dapat sangat meme=pengaruhi kecenderungan disosiasi pada gugus lainnya. Asam amino , yang  mengandung gugus karboksilat maupun gugus amino, merupakan contoh gejala ini. Dalam air, gugus karboksil cenderung untuk menguraikan proton, sementara gugus amino mengikat proton. Oleh karena itu, kedua reaksi tersebut sebagian besar dapat berlangsung hingga selesai, tanpa penmabahan H3O+ ataupun OH-. Satu hasil penting adalah bahwa asam amino dapat membawa muatan negative maupun positif dalam larutan di sekitar pH netral; dalam keadaan ini senyawa tersebut dikatakan sebagai Zwitterion. 
            Di dalam larutan air netral, asam amino selalu ada dalam bentuk ion berdwikutub (zwitterions), yang dapat ditunjukkan dengan konstanta dielektrik dan momen dwikutub yang tinggi karena adanya pemisahan muatan positif dan negative dalam bentuk ion berdwikutub.
      NH2                                                                       NH3+
        |                                                          |
R – CH – COOH                               R – CH – COO-
Bentuk tak berdisosiasi                                    bentuk ion dwikutub (zwitterion)

oleh adanya  kedua gugus tersebut, maka keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan.
            Apabila larutan asam amino dalam air ditambah dengan basa, maka asam amino akan terdapat dalam bentuk (1) karena konsentrasi ion OH- yang tinggi mampu mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada gugus – NH3+.

H2N – CH – COO-                                                   +H3N – CH – COOH
                |                                                                                               |
                R                                                                      R
Dalam basa bentuk (1)                                     Dalam asam bentuk (2)

Sebaliknya apabila ditambah asam ke dalam larutan asam amino, maka konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion – COO-, sehingga terbentuk gugus – COOH . dengan demikian asam amino terdapat dalam bentuk (2).
Dalam suatu system elektroforesis yang mempunyai elektroda positive dan negative, asam amino akan bergerak menuju elektroda yang berlawanan dengan muatan ion asam amino yang terdapat dalam larutan. Oleh karena itu muatan ion itu tergantung pada pH larutan,maka pH larutan dapat di atur sedemikian rupa, sehingga ion asam amino tidak bergerak kearah elektroda positive maupun negative dalam system elektroforesis. pH yang demikian ini disebut titik isolistrik.
Pada titik isolistrik terdapat keseimbangan antara bentuk-bentuk asam amino sebagai ion amfoter, anion dan kation. Tetapi sebagian besar molekul asam amino terdapat dalam bentuk ion amfoter dan hanya sedikit sekali yang terdapat dalasm bentuk kation dan anion dalam jumlah yang sama.
Contoh umum zwitter-ion:                                                   
·       Asam amino, yang memiliki gugus karboksil yang bersifat asam dan gugus amina yang bersifat basa.
·       Beberapa alkaloid alami seperti  psilocybin dan asam lisergat.
Senyawa penyangga seperti HEPES, PIPES, CAPS, MOPS

Rabu, 27 April 2011

sistem reproduksi unggas

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unggas merupakan salah satu jenis hewan yang banyak digemari oleh manusia. Unggas mempunyai berbagai macam jenis yang dapat menarik perhatian manusia untuk bisa memeliharanya. Selain itu ada juga yang berusaha untuk dijadikan sebagai hewan ternak. Unggas berkembang biak dengan bertelur. Telur unggas mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Pada unggas jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu.
Dalam bereproduksi, Unggas adalah dengan cara bertelur sehingga pada unggas ini memilki organ reproduksi yang berbeda dengan mamalia. Kelompok unggas merupakan hewan ovipar. Sehingga tidak memiliki alat kelamin luar. Walaupun demikian, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada unggas organ reproduksi jantan berupa testes, epididimis dan ductus deferens. Sedangkan pada betina terdiri dari satu ovarium dan satu ovidak. Dari organ reproduksi tersebut maka akan diketahui fungsi dari masing-masing bagian yang berbeda dengan yang ada pada mamalia. Oleh karena itu, pembuatan makalah sederhana ini dibuat untuk menjelaskan tentang system reproduksi pada unggas.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 SISTEM REPRODUKSI
Sistem reproduksi pada unggas dibedakan menjadi dua, yaitu reproduksi jantan dan reproduksi betina.
Reproduksi jantan terdiri dari :

a. Testis yang berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukaannya licin, terletak di sebelah ventral lobus renis bagian paling kranial. Alat penggantung testes adalah mesorchium yang merupakan lipatan dari peritoneum. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah tempat untuk membuat dan menyimpan spermatozoa.
b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada saat masih muda, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Di Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
c. Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal testis, epididimis ini adalah berupa saluran yang di lewati sperma dan menuju ke ductus deferens.
d. Ductus deferens berjumlah sepasang. Pada hewan muda tampak halus, sedang pada hewan tua nampak berkelok-kelok berjalan ke caudal menyilangi ureter kemudian bermuara pada urodaeum.
Reproduksi betina terdiri dari :


a. Ovarium. Ovarium yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulum yang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya dapat magnum yang berfungsi mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland mempunyai fungsi untuk menghasilkan cangkang kapur.
c. Vagina. Selama reproduksi telur, panjang vagina sekitar 4,7 inci (12 cm). disini kultikula ditimbunpada kerabang untuk mengisi sebagian pori-pori kerabang. Secra normal, telur tinggal di dalam vagina selama beberapa menit, tetapi dalam keadaan tertentu dapat tinggal beberapa jam.

1.2 PEMBENTUKAN TELUR.
Telur pada unggas mengandung banyak zat-zat makanan untuk persediaan perkembangbiakan embrio pada masa penetasan. Telur tidak ubahnya susu pada mamalia adalah hasil sekresi dari sistem reproduksi dan mekanisme endokrin, metabolik dan kimia. Bertelur sama dengan mekanisme laktasi. Telur unggas mengandung makanan untuk perkembangan embrionik selama pertumbuhan di luar tubuh induk. Embrio sangat tergantung pada zat makanan yang terdapat dalam telur. Karena itu lemak dari sudut kalori lebih pekat dari pada gula, maka telur lebih kaya akan lemak dari pada gula (dibandingkan dengan susu) (Anggorodi, 1984).
A. Ovarium
Pada awal perkembangan embrio, terdapat dua ovarium dan dua ovidak. Bagian sebelah kanan mengalami atrofi sehingga pada saat menetas yang tinggal hanya ovarium dan ovidak bagian kiri. Sebelum produksi telur ovarium terisi penuh oleh folikel yang mengandung ova. Beberapa ova cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata, sedangkan yang lainnya harus menggunakan mikroskop. Beberapa ribu ova terdapat pada setiap hewan betina. Saat dewasa ova menjadi kuning telur yang berukuran penuh dan berperan penting untuk produksi telur selama hewan hidup.
1. Yolk / Kuning telur
Kuning telur (yolk) bukan sel reproduktif sejati, tetapi merupakan sumber bahan pakan bagi sel kecil (blastoderm) dan selanjutnya digunakan oleh embrio untuk menunjang pertumbuhannya.
Apabila unggas telah mencapai dewasa, ovariumnya dan ovidaknya mengalami perubahan-perubahan sekitar selama 11 hari sebelum bertelur pertama, yaitu kelenjar pituitary anterior memproduksi folikel stimulating hormone (FSH). Akibatnya, ukuran folikel ovarium bertambah. Ovarium yang aktif mulai mengahsilkan hormone esterogen, progesterone, testosterone. Sementara ukuran ovidak bertambah besar sehingga memungkinkan memproduksi protein albumen, membrane kerabang, kalsium karbonat kerabang, dan kultikula.
Yolk pertama menjadi dewasa karena sebagian besar bahan yolk yang diproduksi di hati dialirkan oleh darah langsung ke yolk. Satu atau dua hari kemudian, yolk ke dua mulai berkembang, dan seterusnya sampai pada saat telur pertama dikeluarkan sekitar 5-10 yolk sedang dalam proses pekembangan. Setiap yolk menjadi dewasa membutuhkan wkatu 10-11 hari. Pada awalnya penimbunan bahan yolk sangat lambat dan warnanya terang. Akhirnya, ovum mencapai diameter 6mm. pada saat pertumbuhannya mencapai tingkat yang terbesar dan diameter bertambah sekitar 4 mm setiap hari. Selama periode yang singkat sekitar 7 hari sebelum ovulasi 95-99%, material yolk ditambahkan. (Suprijatna, 2008).
Kuning telur atau yolk terdiri dari badan berbentuk bola besar, dari 25 sampai 150 μm garis tengah, yang terbagi-bagi adalah dalam suatu tahapan yang berkelanjutan. Yolk yang kecil ukurannya sangat kecil diperkirakan berdiameter sekitar 2 μm. Kuning telur berisi hanya sekitar 50% air. Sisa terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan 1: 2; lipid yang ada dalam bentuk lipoprotein (Bell dan Freeman, 1971).
Lebih lanjut menyatakan pada umumnya sintesis protein kuning telur berasal dari hati atas rangsangan hormon estrogen. Kemudian diangkut oleh darah nemuju indung telur (ovarium). Dalam ovarium aves mengandung 1000 sampai 3000 folikel, ukurannya sangat bervariasi dari ukuran mikrokopik sampai sebesar satu kuning telur. Kuning telur yang lebih kecil mulai tumbuh dengan cepat sekitar 10 hari sebelum dilepaskan ke dalam infundibulum. Kuning telur diliputi oleh suatu membran folikuler, yang menempelkannya pada ovari. Membran ini memiliki suatu bagian yang terlihat hanya sedikit mengandung pembuluh darah. Bagian atau daerah itu disebut stigma. Inilah tempat dimana kuning telur robek dan melepaskan ovum pada saat ovulasi. Karena zat-zat makanan disalurkan melalui membran folikuler dari aliran darah menuju ke ovidak, sejumlah darah kadang-kadang dilepaskan bersama-sama kuning telur itu karena tempat pecahnya tidak selalu tepat pada stigma. Inilah yang kadang menyebabkan munculnya suatu blood spot di dalam telur (James Blakely dan David, 1985).
2. Pengendalian Hormon Bertelur.
Reproduksi, berkaitan dengan sistem pengendalian pada ayam yang sedang bertelur, yang disebut hierarki folikuler yakni gradasi berat dan ukuran folikel. Hanya satu folikel yaitu yang terbesar yang menjadi masak dan di ovulasikan dalam waktu satu hari, segera setelah folikel ini pecah, kemudian nomor 2 terbesar tumbuh menjadi besar, demikian seterusnya peristiwa tersebut terjadi berurutan. Rincian permainan hormonal antara ovarium dengan sistem hipotalamus-hipofiseal unggas semuanya jelas, kecuali kita ketahui benar-benar ialah bahwa ovarium secara total tergantung pada hormon Gonadotrofik yang berasal dari pituitari. Telah diketahui bahwa hipotalamus dalam pengendalian pelapisan LH dan FSH hipofisa. Diakuinya hipotalamus melalui cara pembedahan, tepatnya pada nuklei praoptik di daerah paraventrikuler, ternyata dapat menghentikan ovulasi (Nalbandov, 1990).
4. Oviduk.
Oviduk merupakan sebuah pipa yang panjang dimana yolk lewat dan bagian telur lainnya disekresikan. Secara normal ukurannya kecil, diameternya relative kecil tetapi menjelang ovulasi pertama ukuran dan ketebalan dindingnya bertambah besar.
Setelah ovulasi ovum ditangkap oleh fimbria dan masuk kedalam infundibulum kuning telur akan berdiam kurang lebih selama ¼ jam dan dibagian ini terjadi pertemuan dengan sel jantan, setelah itu diteruskan ke magnum (Rasyaf, 1992). Nalbandov, (1990) menambahkan bahwa disini telur menerima lapisan albumen. Sekresi albumen pada magnum dikontrol oleh dua hormone, yaitu hormon estrogen yang fungsi utamanya menyebabkan perkembangan anatomi dan perkembangan kelenjar seluruh oviduk, tetapi estrogen saja tidak dapat menyebabkan pembentukan calon albumen dalam kelenjar, atau sekresi albumen sendiri ke dalam lumen magnum. Hormon yang kedua dibutuhkan untuk kepentingan kedua-duanya, baik pembentukan atau sekresi albumen.
Androgen dan progesteron yang kedua-duanya beraksi terhadap magnum yang berkembang karena estrogen, dapat menyebabkan pertumbuhan granula albumen dan pelepasan granula ini ke dalam lumen. Setelah pertumbuhan magnum yang didukung oleh estrogen dan pembentukan granula albumen yang disebabkan baik androgen ataupun progesteron, satu peristiwa lagi masih tertinggal yaitu sekresi albumen kedalam lumen. Hal ini biasanya terpicu oleh adanya benda asing di magnum , apakah itu ovum ataukah benda asing yang berada dalam magnum.
Albumen pada sebutir telur terdiri dari empat lapisan. Masing-masing adalah Chalazae (27%), putih kental (57%), putih telur encer dalam (17,3%), dan putih telur encer bagian luar (23%). Keempat lapisan tersebut diproduksi pada magnum tetapi putih telur encer luar tdak lengkap sampai air ditambahkan di uterus.(Suprijatna, 2008).
Setelah albumen dalam perjalanan di magnum selama 2,5 jam atau 3 jam, telur bergerak ke isthmus, disini disekersikan kerabang lunak. Bagian oviduk ini secara histologis berbeda dengan magnum tetapi dikontrol oleh hormon yang sama, yang beraksi dengan cara yang sama dan dalam rangkaian tahap yang sama, seperti yang terjadi pada magnum. James Blakely dan David, (1985)mengemukakan di daerah isthmus mendapat pelapisan membran yaitu membran luar dan membran dalam, dalam keaadaan normal masing-masing membran menempel, kecuali pada suatu tempat dimana membran tersebut berpisah yaitu pada ujung tumpul telur. Perpisahan kedua membran tersebut membentuk suatu rongga udara. Telur tinggal di isthmus selama kurang lebih 1,5 jam dan setelah menerima kerabang lunak dan air, Rasyaf (1992) menambahkan bahwa dibagian ini ditambahkan pula Natrium, Kalsium dan garam. Telur tersebut bergerak ke kelenjar kerabang atau yang dinamakan pula uterus, telur tinggal di daerah ini selama kurang lebih 22 jam, dan kerabang kapur disekresikan menyelubungi (Nalbandov, 1990).
5. Pengeluran Telur (Oviposisi).
Dalam kondisi normal telur dibentuk bagian tumpul terlebih dahulu. Jika induk tidak terggangu pada saat bertelur, sebagian besar telur akan dikeluarkan dengan ujung tumpul lebih dulu. Hal ini tidak diketahui secara pasti sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat sebelum dikeluarkan, telur diputar secara horisontal (tidak ujung ke ujung), 180 derajat sesaat sebelum telur itu dikeluarkan. Ovulasi secara normal terjadi 30 menit setelah telur dikeluarkan. Interval waktu dapat bervariasi antara 7 sampai 74 menit (James Blakely dan David, 1985). Lebih lanjut menyatakan pengeluaran telur dirangsang oleh cahaya sehingga merangsang dan meningkatkan suplai FSH. Hormon ini pada gilirannya melalui aktivitas ovari mengakibatkan terjadinya ovulasi dan oviposisi.
Bentuk dan ukuran telur.
Sebagian besar, telur berbentuk oval. Bentuk telur secara umum dikarenakan fanctor genetis. Setiap induk bertelur berurutan dengan bentuk yang sama yaitu bulat, panjang, lonjong, dan sebagainya.
Besar telur yang berasal dari satu induk adalah bervariasi, hal ini disebabkan karena factor genetis yang berpengaruh terhadap lama periode pertumbuhan ova, berkurangnya jumlah albumen yang diproduksi, komponen makanan yang mengandung protein serta cuaca panas juga mempengaruhi menurunnya ukuran telur.
Komposisi telur.
Air menyusun sekitar 45% dari kerabang telur. Isi telur mengandung sekitar 74%. Kandungan air pada albumen tinggi, bagian yang padat hamper seluruhnya protein dan sejumlah kecil karbohidrat. Sekitar separuh dari yolk berupa air, tetapi bagian yang padat tersusun dari sebagian lemak, protein, vitamin, dan mineral (Suprijatna, 2008).
1.3 PERKEMBANGAN EMBRIO DAN PENETASAN
1.3.1 Perkembangan Embrio
Perkembangan embrio pada unggas ini berbeda dengan mamalia Karena berlangsung diluar tubuh induknya. Prekembangan ini meliputi perkembangan telur sebelum keluar tubuh dan di luar tubuh serta perkembangan embrio selama penetasan.
a. Perkembangan telur sebelum ke luar tubuh dan di luar tubuh.
Setelah terjadi pembuahan dan terbentuk zigot maka perkembangan embrional akan di mulai. Sekitar lima jam setelah ovulasi, saat telur yang sedang berkembang berada dalam ismus, pembelahan sel pertama berlangsung. Pembelahan selanjutnya terjadi sekitar 20 menit kemudian. Setelah itu , satu jam kemudian , pada saat telur meningalkan ismus, berlangsung perkembangan embrional dengan membentuk 16 sel. Setelah sekitar empat jam berada di dalam uterus , telah terbentuk 256 sel sebagian blastoderm.
Blastoderm menyebar keseluruh yolk berdiferensiasi menjadi dua lapisan sel melalui suatu proses yang disebut gastrulasi. Kedua lapisan tersebut akan tampak sebagai lingkaran berwarna keputihannpada permukaan yolk bila telur yang telah dibuahi dipecah. Sedangkan pada telur yang tidak dibuahi tidak akan tampak lingkaran tersebut. Lapisan ketiga, mesodermis, jika telur sudah dierami (Suprijatna, 2008).

Secara rinci,perkembangan embrional di luar tubuh induk selama pengeraman yaitu :
Periode Tahap perkembangan
Telur dalam tubuh induk. Fertilisasi, pembelahansel, pertumbuhan sel hidup, dan segresi sel menjadi kelompok-kelompok yang berfungsi khusus.
Telur di luar tubuh induk sebelum ditetaskan. Tidak berkembang, embtio dalam keadaan hidup inaktif.

Selama penetasan:
Hari ke 1
16 jam Tanda pertama perkembangan embrio
18 jam Tamak saluran percernaan
20 jam Tampak vertebral column
21 jam Pertama pembentukan system saraf
22 jam Pertama pembentukan kepala
23 jam Tampak butir-butir darah dan system sirkulasi
24 jam Mulai pembentukan mata
Hari ke 2
25 jam Mulai pembentukan hati
35 jam Mulai pembentukan telinga
42 jam Jantung melai berdenyut
Hari ke 3
50 jam Mulai pembentukan amnion
60 jam Mulai pembentukan nasal
62 jam Mulai pembentukan kaki
64 jam Mulai pembentukan sayap
70 jam Mulai pembentukan allantois
Selanjutnya
Hari ke 4 Melai pembentukan lidah
Hari ke 5 Mulai pembentukan organ reproduksi dan diferensiasi sex
Hari ke 6 Mulai pembentukan paruh dan gigi telur
Hari ke 8 Mulai pembentukan bulu
Hari ke 10 Mulai pembentukan paruh
Hari ke 13 Penampakan sisik dan kuku
Hari ke 14 Embrio memutar kepalanya kea rah ujung tumpul telur
Hari ke 16 Sisik, kuku, dan paruh menjadi halus dan keras
Hari ke 17 Paruh memutar ke arah rongga udara
Hari ke 19 Yolk sac mulai memasuki rongga udara
Hari ke 20 Yolk sac seluruhnya masuk rongga tubuh; embrio memenuhi semua ruang dalam telur, kecualirongga udara
Hari ke 21 Telur menetas

b. Perkembangan embrio selama penetasan.
Pada saat setelah telur dierami maka lapisan sel ke tiga, mesodermis, akan berkembang menjadi tulang, darah serta organ reproduksi dan organ sekretori. Penyerapan zat makan yang didapatkan oleh embrio ini adalah berasal dari telur itu sendiri. Perkembanga embrio dalam telur ini dapat berlangsung karena adanya membran ekstraembrional.
Membran ekstra embrional ada empat yaitu :
- Choiron : merupakan lapisan yang paling luar.
- Amnion : merupakan kantong yang berisi cairan transparan yang berguna untuk memelihara embrio agar dapat bergerak bebas selama pertumbuhan.
- Yolk sac (kantog kuning telur) : merupakan membrane yang membungkus kuning telur.
- Allantois : merupakan membrane yang menyeliputi embrio dan berperan sebagai suatu system sirkulasi.
Pertumbuhan embrio selama dalam telur memerlukan protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, air, dan oksigen sebagai bahan makanan untuk mencapai perkembangan yang normal.
a. Energy
Energy yang dibutuhkan oleh embrio ini berasal dari protein, karbohidrat, dan lemak. Selama empat hari pertama, perkembangan embrio, karbohidrta meruapakan sumber energinya. Salanjutnya adalah protein dan karbohidrat yang ditandai dengan terbentuknya urea yang merupakan hasil akhir metabolism protein. Pada tahap akhir yang menjadi sumber energy adalah lemak yang berasal dari kuning telur. Selama pengeraman berlangsung, produksi panas terus meningkat sejalan dengan terjadinya perkembangan embrio. Dalam pembentukan panas ini diperlukan udara segar yang berupa oksigen dengan jumlah yang terus bertambah. Hal ini ditunjukkan dengan respiratory quotient yang terus menurun. RQ adalah perbandingan antara volume oksigen yang dikonsumsi pada saat tertentu (Suprijatna,2008).
b. Mineral
Mineral utama yang terlibat dalam proses metabolisme embrional yaitu kalsium. Sumber mineral ini utamanya adalah kalsium yang terdapat dalam kerabang. Kandungan kalsium dalam telur meningkat, mulai hari ke 12. Kadar kalsium yang terus meningkat tersebut beasal dari kalsium kerabang karena pada telur yang infertile yang dieramkan tidak terjadi peningkatan kadar kalsium selama pengeraman tersebut. Adanya peningkatan kadar kalsium pada telur fertile yang dieramkan ini hanya mungkin diperoleh karena adanya transfer dari kerabangtelur melalui membrane kerabang. Mineral lainnya yang dibutuhkan selama perkembanagn embrional terdapat dalam telur.
1.3.2 Penetasan
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio dalam telur sampai telur pecah sampai mengahasilkan individu baru. Penetasan ini dapat dilakukan secara alami oleh induknya atau secara buatan menggunakan mesin penetasan.
Spesies yang menetas secara alami merupakan cara penetasan yang paling efisien dan ekonomis. Sedangkan pada penetasan secara buatan masih tergantung pada beberapa factor, anatara lain telur tetas, mesin tetas, dan tatalaksan penetasan.
a. Telur Tetas.
Telur tetas harus mempunyai kualitas yang baik, yaitu memiliki fertilitas yang tinggi dan daya tetas yang tiggi pula. Karena tidak semua telur memilki kualitas yang tinggi.
Fertilitas merupakan presentasi telur yang fertile dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu penetasan. Faktor yang memnentukan fertilitas anatara lain:
• Nisbah kelamin atau sex ratio, yaitu perbandingan jantan dan betina dalam suatu pemeliharaan pembibitan. Jika terlalu banyak ayam pejanta, maka akan berakibat pada meningkatnya stress pada ayam karena kegaduhan akibat terjadinya persaingan antar pejantan dalam memporoleh pasangannya.
• Umurnya, pada umur yang tua mempunyai fertilitas yang rendah. Jika telur berasal dari ayam yang masih muda juga tida baik ditetaskan karena akan menghasilkan anak ayam yang berkualitas rendah. Jadi, telur yang digunakan dalam penetasan harus berasal dari ayam yang masih dalam masa produktif.
• Lama waktu mulai perkawinan sampai telur dikumpulkan untuk ditetaskan. Semakin lama jarak waktu antara perkawinan dengan telur yang digunakan sebagai telur tetas maka fertilisasinya semakin rendah.
• Manajemen pemeliharaan, pembibitan, meliptuti perkandangan dan pencahayaan.
• Pakan yang meliputi protein, kalsium dan sebagainya.
• Musim. Pada musim panas akan mengakibatkan ayam mengalami stress maka libido akan menurun sehingga fertilitas telur yang dihasilkan rendah.
Untuk mengetahui telur fertile pada suatu penetasan, dilakukan dengan cara meneropongkan telur pada suatu alat yang dilengkapi dengan sumber cahaya. Alat tersebut disebut dengan cander. Namun dalam penggunaan praktis, untuk mengetahui kualitas telur tetas adalah daya tetas (hatchability). Daya tetas memiliki dua pengertian, yaitu :
1. Presentasi telur yang menetas dari seluruh telur yang ditetaskan. Pengertian ini banyak digunakan pada perusahaan penetasan (hatchery).
2. Presentase telur yang menetas dari telur yang fertile (terbuahi). Pengertian ini lebih tepat, trutama bila pengamatan mengenai telur yang fertile akurat. Namun, bila tidak tepat karena kesulitan teknis, cara pertama lebih menguntungkan untuk menduga kualitas telur tetas.
Seleksi telur tetas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memilih telur tetas yang memenuhi persyaratan untuk ditetaskan. Persyaratan telur tetas yang baik yaitu :
1. Telur tetas harus berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan produktivitasnya tinggi dengan sex ratio yang baik sesuai dengan rekomendasi jenis ayam.
2. Umur telur tidak boleh lebih dari satu minggu. Daya tetas akan menurun sejalan dengan bertambahnya umur telur.
3. Kualitas fisik telur. Meliputi ; a). bentuk telur normal. Perbandingan panjang dan lebar adalah 7:5. b). berat atau besar telur harus seragam sesuai strain atau bangsa. c). cangkang yang sedang (tidak tipis juga tidak tebal). d). permukaan kulitnya halus, tidak kotor, dan tidak retak.

b. Mesin Tetas.
Mesin tetas berfungsi mengganti peran induk. Dalam penetasan telur untuk menghasilkan individu baru , cara kerja mesin tetas pada prinsipnya meniru induknya pada waktu mengerami telurnya. Itulah sebabnya mesin tetas dapat menciptakan kondisi sebagaimana kondisi alami oleh induknya. Untuk menciptakan kondisi yang ideal seerti pada penetasan alami, harus diperhatikan panas atau temperature, kelembapan dan seirkulasi udara dalam ruang mesin.
Perkembangan e,brio akan engalami masa istirahat, tidak berkembang pada kondisi temperature tertentu, yaitu yang disebut sebagai physiological zero. Temperature tersebut adalah 75º F (23,5ºC). di atas temperature tersebut, embrio akan berkembang. Telur akan menetas pada penetasan buatan (menggunakan mesin tetas) jika temperaturnya 95-105ºF (35-40,5ºC).
Kelembapan udara dalam mesin tetas yang optimal selama penetasan harus dijaga sehingga tidk terjadi dehidrasi maupun terlalu lembab. Kelembaban optimal berkisar 50-60%, tetapi tepatnya bergantung pada banyak hal, antara lain besar telur dan temperature mesin tetas.
Komponen utama udara adalah oksigen, nitrogen, karbondioksida, dan uapa air. Selama penatasan belangsung, embrio membutuhkan udara segar untuk berlangsungnya proses metabolisme.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan diskusi dalam makalah ini dapat ditarik eksimpulan antara lain:
1. Sistem reproduksi pada unggas dibedakan menjadi dua, yaitu reproduksi jantan dan reproduksi betina. Reproduksi jantan terdiri dari Testis yang berjumlah sepasang, Saluran reproduksi berupa tubulus mesonefrus, Duktus aferen, Epididimis, kloaka. Sedangkan pada betina terdiri dari Ovarium dan Saluran reproduksi berupa ovidak yang terdiri dari infundibulum, magnum, isthmus, uterus,vagina dan kloaka.
2. Proses pembentukan telur pada unggas yaitu :
• ovariumnya dan ovidaknya mengalami perubahan-perubahan
• kelenjar pituitary anterior memproduksi folikel stimulating hormone (FSH).
• folikel ovarium bertambah
• ukuran ovidak bertambah besar sehingga memungkinkan memproduksi protein albumen, membrane kerabang, kalsium krbonat kerabang, dan kultikula.
• Tingkat esterogen, plasma darah, yang tinggi mulai perkembangan tulang, mendulayer, merangsang protein yolk, dan pembentukan lemak oleh hati.
• Yolk pertama terbentuk kemudian di ikuti pembentukan yolk kedua.
• Ovarium yang aktif mulai mengahsilkan hormone esterogen, progesterone, testosterone.
• sekitar 7 hari sebelum ovulasi 95-99%, material yolk ditambahkan.
• zat-zat makanan disalurkan melalui membran folikuler dari aliran darah menuju ke ovidak,
• Setelah ovulasi ovum ditangkap oleh fimbria dan masuk kedalam infundibulum
• Terjadi pertemuan dengan sel jantan
• Diteruskan ke magnum
• telur menerima lapisan albumen
• Sekresi albumen kedalam lumen.
• bergerak ke isthmus
• Telur tinggal di isthmus selama kurang lebih 1,5 jam
• Telur bergerak ke uterus (22 jam.)
• dikeluarkan. Dengan ujung yang tumpul yang lebih dulu.
3. a.Perkembangan embrio ada dua yaitu : a) Perkembangan telur sebelum ke luar tubuh dan di luar tubuh meliputi : Pembuahan, Zigot, Embrio berkembang, Dalam isthmus sel membelah pertama, Menjadi blastoderm,gastrulasi. b) Perkembangan embrio selama penetasan meiputi : Telur dierami dan terbentuk lapisan ke tiga yaitu mesoderm, Berkembang menjadi tulang, darah dan organ sekretori, Embrio berkembang karena adanya membran ekstra embrional.(choiron, amnion, yolk sac dan allantois). Embrio terus berkembang hingga akhirnya telur menetas.
b.Penetasan ada dua yaitu secara alam yang dilakukan oleh induknya sendiri dengan cara dierami dan secara buatan dengan menggunakan mesin buatan.

DAFTRTAR PUSTAKA

Suprijatna, Edjeng. 2008. Ilma Dasar Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya.
Nalbandov. A.V.1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta. UI Press.
Rasyaf M., 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Bell D.J. and Freeman B.M., 1971. Physiology and Biochemistry of the Domestic Fowl. Volume 3. Academic Press. London New York.
James Blakely and David H. Bade, 1985. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono dan Soedarsono).

Minggu, 03 April 2011

Lucky mbem: jangan takut miskin karena sedekah

Lucky mbem: jangan takut miskin karena sedekah: "Konsep sedekah. Dalam al-qur’an surat al-an’am ayat 160 yang artinya : “ Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh k..."

jangan takut miskin karena sedekah

Konsep sedekah.
Dalam al-qur’an surat al-an’am ayat 160 yang artinya : “ Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”
Dalam konsep matematika yang seperti kita ketahui bahwa, jika 10-1 maka adalah 9 namun tetapi dalam hal sedekah sudah lain lagi. Seperti apa yang tertuang dalam ayat diatas bahwa dalam amal baik akan ditambah menjadi sepuluh kali lipat amalnya. Dalam artian, secara matematis maka 10-9=19 hal ini karena setiap yang kita sedekahkan satu maka akan diganti menjadi 10 kali lipat. Dari hal ini kita dapat menyimpulkan bahwa tidak ada ceritanya orang itu akan jatuh miskim karena bersedekah karena allah akan selalu melipatkan dari setiap apa yang ia sedekahkan sepuluh kali lipat.