Efek Buah Mahkota Dewa terhadap Ginjal
Di Indonesia terkenal mempunyai berbagai macam keanekaragaman hayati. Pada dewsa ini ada tumbuhan yang mulai terkenal mempunayi berbagai khasiat dalam penymbuhan penyakit, yaitu tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Mahkota dewa ini tergolong tumbuhan perdu yang banyak dipelihara sebagai tanaman hias karena buahnya yang mempunyai warna menarik saat sudah tua. Buah mahkota dewa sesungguhnya dapat dimakan, meskipun bijinya mengandung racun (Eisai,Indonesia, 1986).
Akhir-akhir ini tumbuhan mahkota dewa sering digunakan sebagi bahan obat-obatan. Mahkota dewa mengandung senyawa-senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, resin, tanin dan lain-lain yang berkhasiat untuk antihistamin, antioksidan, obat asam urat, lever, rematik, kencing manis, ginjal, tekanan darah tinggi sampai kanker(Harmanto, 2003). Menurut Gotama dkk. (1999) di dalam kulit buah mahkota dewa terkandung senyawa alkaloid, saponin, dan flavonoid, sedang dalam daunnya terkandung alkaloid, saponin, serta polifenol. Dikatakan pula bahwa senyawa saponin merupakan larutan berbuih yang diklasifikasikan berdasarkan struktur aglycon ke dalam triterpenoid dan steroid saponin. Kedua senyawa tersebut mempunyai efek anti inflamasi, analgesik, dan sitotoksik (De Padua dkk., 1999).
Selain memiliki khasiat obat, ternyata tumbuhan ini memiliki racun yang apabila dikonsumsi secara langsung dapat menyebabkan bengkak, sariawan, mati rasa pada lidah, kaku, demam, bahkan dapat menyebabkan pingsan(Harmanto, 2002). Menurut Johnson dkk. (2000) ethyleugenol yang banyak digunakan pada berbagai makanan, minuman dan kosmetika, bila diberikan setiap hari selama 2 tahun akan dapat menyebabkan terjadinya hiperplasia pada tubulus ginjal, nefropati dan adenokarsinoma pada tikus. Mahkota dewa yang dikonsumsi secara berlebihan dikhawatirkan dapat bersifat nefrotosik pada jaringan ginjal. Meskipun berat ginjal hanya 1% dari berat badan, tetapi ginjal secara terus menerus menerima sekitar 20% darah dari curah jantung. Hal tersebut menjadikan ginjal sangat peka terhadap bahanbahan
kimia berbahaya yang ada di dalam sirkulasi darah. Jadi pengkonsumsian buah mahkota dalam jumlah yang besar dan dalam janka waktu yang lam akan menyebabkan hiperplasia pada tubulus ginjal, nefropati dan adenokarsinoma pada tikus, hal ini dapat terjadi pada manusia sebagaimana yang terjadi pada tikus, karena manusia dan tikus tidak jauh beda, yaitu sama-sama mamalia.
Ref : Johnson, J.D., M.J. Ryan, J.D.I.I. Toft, S.W. Graves., M.R. Hejtmancik, M. L.Cunningham, R.A. Herbert, and M. Kamal. 2000. Two-year toxicity and carcinogenicity study of methyleugenol in F344/N rats and B6C3F1 mice. Journal of Agricultural and Food Chemistry 48 (8): 3620-3632.
Harmanto, N., 2002 Sehat dengan Ramuan Tradisional Mahkotadewa. Cetakan keempat. Tangerang: PT. Agromedia Pustaka.
Eisai Indonesia. 1986. Index tumbuh-tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: P.T. Eisai Indonesia.
De Padua, L.S., N. Bunyapraphatsara, and R.H.M.S. Lemmens. 1999. Plant Resources of South East Asia No. 12 (1): Medical and Poisonous Plants 1.Leiden: Backhuys Publishers.
Gotama, I.B.I., S. Sugiarto, M. Nurhadi, Y. Widiyastuti, S. Wahyono, and I.J. Prapti. 1999. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar