BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unggas merupakan salah satu jenis hewan yang banyak digemari oleh manusia. Unggas mempunyai berbagai macam jenis yang dapat menarik perhatian manusia untuk bisa memeliharanya. Selain itu ada juga yang berusaha untuk dijadikan sebagai hewan ternak. Unggas berkembang biak dengan bertelur. Telur unggas mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Pada unggas jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu.
Dalam bereproduksi, Unggas adalah dengan cara bertelur sehingga pada unggas ini memilki organ reproduksi yang berbeda dengan mamalia. Kelompok unggas merupakan hewan ovipar. Sehingga tidak memiliki alat kelamin luar. Walaupun demikian, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada unggas organ reproduksi jantan berupa testes, epididimis dan ductus deferens. Sedangkan pada betina terdiri dari satu ovarium dan satu ovidak. Dari organ reproduksi tersebut maka akan diketahui fungsi dari masing-masing bagian yang berbeda dengan yang ada pada mamalia. Oleh karena itu, pembuatan makalah sederhana ini dibuat untuk menjelaskan tentang system reproduksi pada unggas.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 SISTEM REPRODUKSI
Sistem reproduksi pada unggas dibedakan menjadi dua, yaitu reproduksi jantan dan reproduksi betina.
Reproduksi jantan terdiri dari :
a. Testis yang berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukaannya licin, terletak di sebelah ventral lobus renis bagian paling kranial. Alat penggantung testes adalah mesorchium yang merupakan lipatan dari peritoneum. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah tempat untuk membuat dan menyimpan spermatozoa.
b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada saat masih muda, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Di Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
c. Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal testis, epididimis ini adalah berupa saluran yang di lewati sperma dan menuju ke ductus deferens.
d. Ductus deferens berjumlah sepasang. Pada hewan muda tampak halus, sedang pada hewan tua nampak berkelok-kelok berjalan ke caudal menyilangi ureter kemudian bermuara pada urodaeum.
Reproduksi betina terdiri dari :
a. Ovarium. Ovarium yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulum yang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya dapat magnum yang berfungsi mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland mempunyai fungsi untuk menghasilkan cangkang kapur.
c. Vagina. Selama reproduksi telur, panjang vagina sekitar 4,7 inci (12 cm). disini kultikula ditimbunpada kerabang untuk mengisi sebagian pori-pori kerabang. Secra normal, telur tinggal di dalam vagina selama beberapa menit, tetapi dalam keadaan tertentu dapat tinggal beberapa jam.
1.2 PEMBENTUKAN TELUR.
Telur pada unggas mengandung banyak zat-zat makanan untuk persediaan perkembangbiakan embrio pada masa penetasan. Telur tidak ubahnya susu pada mamalia adalah hasil sekresi dari sistem reproduksi dan mekanisme endokrin, metabolik dan kimia. Bertelur sama dengan mekanisme laktasi. Telur unggas mengandung makanan untuk perkembangan embrionik selama pertumbuhan di luar tubuh induk. Embrio sangat tergantung pada zat makanan yang terdapat dalam telur. Karena itu lemak dari sudut kalori lebih pekat dari pada gula, maka telur lebih kaya akan lemak dari pada gula (dibandingkan dengan susu) (Anggorodi, 1984).
A. Ovarium
Pada awal perkembangan embrio, terdapat dua ovarium dan dua ovidak. Bagian sebelah kanan mengalami atrofi sehingga pada saat menetas yang tinggal hanya ovarium dan ovidak bagian kiri. Sebelum produksi telur ovarium terisi penuh oleh folikel yang mengandung ova. Beberapa ova cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata, sedangkan yang lainnya harus menggunakan mikroskop. Beberapa ribu ova terdapat pada setiap hewan betina. Saat dewasa ova menjadi kuning telur yang berukuran penuh dan berperan penting untuk produksi telur selama hewan hidup.
1. Yolk / Kuning telur
Kuning telur (yolk) bukan sel reproduktif sejati, tetapi merupakan sumber bahan pakan bagi sel kecil (blastoderm) dan selanjutnya digunakan oleh embrio untuk menunjang pertumbuhannya.
Apabila unggas telah mencapai dewasa, ovariumnya dan ovidaknya mengalami perubahan-perubahan sekitar selama 11 hari sebelum bertelur pertama, yaitu kelenjar pituitary anterior memproduksi folikel stimulating hormone (FSH). Akibatnya, ukuran folikel ovarium bertambah. Ovarium yang aktif mulai mengahsilkan hormone esterogen, progesterone, testosterone. Sementara ukuran ovidak bertambah besar sehingga memungkinkan memproduksi protein albumen, membrane kerabang, kalsium karbonat kerabang, dan kultikula.
Yolk pertama menjadi dewasa karena sebagian besar bahan yolk yang diproduksi di hati dialirkan oleh darah langsung ke yolk. Satu atau dua hari kemudian, yolk ke dua mulai berkembang, dan seterusnya sampai pada saat telur pertama dikeluarkan sekitar 5-10 yolk sedang dalam proses pekembangan. Setiap yolk menjadi dewasa membutuhkan wkatu 10-11 hari. Pada awalnya penimbunan bahan yolk sangat lambat dan warnanya terang. Akhirnya, ovum mencapai diameter 6mm. pada saat pertumbuhannya mencapai tingkat yang terbesar dan diameter bertambah sekitar 4 mm setiap hari. Selama periode yang singkat sekitar 7 hari sebelum ovulasi 95-99%, material yolk ditambahkan. (Suprijatna, 2008).
Kuning telur atau yolk terdiri dari badan berbentuk bola besar, dari 25 sampai 150 μm garis tengah, yang terbagi-bagi adalah dalam suatu tahapan yang berkelanjutan. Yolk yang kecil ukurannya sangat kecil diperkirakan berdiameter sekitar 2 μm. Kuning telur berisi hanya sekitar 50% air. Sisa terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan 1: 2; lipid yang ada dalam bentuk lipoprotein (Bell dan Freeman, 1971).
Lebih lanjut menyatakan pada umumnya sintesis protein kuning telur berasal dari hati atas rangsangan hormon estrogen. Kemudian diangkut oleh darah nemuju indung telur (ovarium). Dalam ovarium aves mengandung 1000 sampai 3000 folikel, ukurannya sangat bervariasi dari ukuran mikrokopik sampai sebesar satu kuning telur. Kuning telur yang lebih kecil mulai tumbuh dengan cepat sekitar 10 hari sebelum dilepaskan ke dalam infundibulum. Kuning telur diliputi oleh suatu membran folikuler, yang menempelkannya pada ovari. Membran ini memiliki suatu bagian yang terlihat hanya sedikit mengandung pembuluh darah. Bagian atau daerah itu disebut stigma. Inilah tempat dimana kuning telur robek dan melepaskan ovum pada saat ovulasi. Karena zat-zat makanan disalurkan melalui membran folikuler dari aliran darah menuju ke ovidak, sejumlah darah kadang-kadang dilepaskan bersama-sama kuning telur itu karena tempat pecahnya tidak selalu tepat pada stigma. Inilah yang kadang menyebabkan munculnya suatu blood spot di dalam telur (James Blakely dan David, 1985).
2. Pengendalian Hormon Bertelur.
Reproduksi, berkaitan dengan sistem pengendalian pada ayam yang sedang bertelur, yang disebut hierarki folikuler yakni gradasi berat dan ukuran folikel. Hanya satu folikel yaitu yang terbesar yang menjadi masak dan di ovulasikan dalam waktu satu hari, segera setelah folikel ini pecah, kemudian nomor 2 terbesar tumbuh menjadi besar, demikian seterusnya peristiwa tersebut terjadi berurutan. Rincian permainan hormonal antara ovarium dengan sistem hipotalamus-hipofiseal unggas semuanya jelas, kecuali kita ketahui benar-benar ialah bahwa ovarium secara total tergantung pada hormon Gonadotrofik yang berasal dari pituitari. Telah diketahui bahwa hipotalamus dalam pengendalian pelapisan LH dan FSH hipofisa. Diakuinya hipotalamus melalui cara pembedahan, tepatnya pada nuklei praoptik di daerah paraventrikuler, ternyata dapat menghentikan ovulasi (Nalbandov, 1990).
4. Oviduk.
Oviduk merupakan sebuah pipa yang panjang dimana yolk lewat dan bagian telur lainnya disekresikan. Secara normal ukurannya kecil, diameternya relative kecil tetapi menjelang ovulasi pertama ukuran dan ketebalan dindingnya bertambah besar.
Setelah ovulasi ovum ditangkap oleh fimbria dan masuk kedalam infundibulum kuning telur akan berdiam kurang lebih selama ¼ jam dan dibagian ini terjadi pertemuan dengan sel jantan, setelah itu diteruskan ke magnum (Rasyaf, 1992). Nalbandov, (1990) menambahkan bahwa disini telur menerima lapisan albumen. Sekresi albumen pada magnum dikontrol oleh dua hormone, yaitu hormon estrogen yang fungsi utamanya menyebabkan perkembangan anatomi dan perkembangan kelenjar seluruh oviduk, tetapi estrogen saja tidak dapat menyebabkan pembentukan calon albumen dalam kelenjar, atau sekresi albumen sendiri ke dalam lumen magnum. Hormon yang kedua dibutuhkan untuk kepentingan kedua-duanya, baik pembentukan atau sekresi albumen.
Androgen dan progesteron yang kedua-duanya beraksi terhadap magnum yang berkembang karena estrogen, dapat menyebabkan pertumbuhan granula albumen dan pelepasan granula ini ke dalam lumen. Setelah pertumbuhan magnum yang didukung oleh estrogen dan pembentukan granula albumen yang disebabkan baik androgen ataupun progesteron, satu peristiwa lagi masih tertinggal yaitu sekresi albumen kedalam lumen. Hal ini biasanya terpicu oleh adanya benda asing di magnum , apakah itu ovum ataukah benda asing yang berada dalam magnum.
Albumen pada sebutir telur terdiri dari empat lapisan. Masing-masing adalah Chalazae (27%), putih kental (57%), putih telur encer dalam (17,3%), dan putih telur encer bagian luar (23%). Keempat lapisan tersebut diproduksi pada magnum tetapi putih telur encer luar tdak lengkap sampai air ditambahkan di uterus.(Suprijatna, 2008).
Setelah albumen dalam perjalanan di magnum selama 2,5 jam atau 3 jam, telur bergerak ke isthmus, disini disekersikan kerabang lunak. Bagian oviduk ini secara histologis berbeda dengan magnum tetapi dikontrol oleh hormon yang sama, yang beraksi dengan cara yang sama dan dalam rangkaian tahap yang sama, seperti yang terjadi pada magnum. James Blakely dan David, (1985)mengemukakan di daerah isthmus mendapat pelapisan membran yaitu membran luar dan membran dalam, dalam keaadaan normal masing-masing membran menempel, kecuali pada suatu tempat dimana membran tersebut berpisah yaitu pada ujung tumpul telur. Perpisahan kedua membran tersebut membentuk suatu rongga udara. Telur tinggal di isthmus selama kurang lebih 1,5 jam dan setelah menerima kerabang lunak dan air, Rasyaf (1992) menambahkan bahwa dibagian ini ditambahkan pula Natrium, Kalsium dan garam. Telur tersebut bergerak ke kelenjar kerabang atau yang dinamakan pula uterus, telur tinggal di daerah ini selama kurang lebih 22 jam, dan kerabang kapur disekresikan menyelubungi (Nalbandov, 1990).
5. Pengeluran Telur (Oviposisi).
Dalam kondisi normal telur dibentuk bagian tumpul terlebih dahulu. Jika induk tidak terggangu pada saat bertelur, sebagian besar telur akan dikeluarkan dengan ujung tumpul lebih dulu. Hal ini tidak diketahui secara pasti sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat sebelum dikeluarkan, telur diputar secara horisontal (tidak ujung ke ujung), 180 derajat sesaat sebelum telur itu dikeluarkan. Ovulasi secara normal terjadi 30 menit setelah telur dikeluarkan. Interval waktu dapat bervariasi antara 7 sampai 74 menit (James Blakely dan David, 1985). Lebih lanjut menyatakan pengeluaran telur dirangsang oleh cahaya sehingga merangsang dan meningkatkan suplai FSH. Hormon ini pada gilirannya melalui aktivitas ovari mengakibatkan terjadinya ovulasi dan oviposisi.
Bentuk dan ukuran telur.
Sebagian besar, telur berbentuk oval. Bentuk telur secara umum dikarenakan fanctor genetis. Setiap induk bertelur berurutan dengan bentuk yang sama yaitu bulat, panjang, lonjong, dan sebagainya.
Besar telur yang berasal dari satu induk adalah bervariasi, hal ini disebabkan karena factor genetis yang berpengaruh terhadap lama periode pertumbuhan ova, berkurangnya jumlah albumen yang diproduksi, komponen makanan yang mengandung protein serta cuaca panas juga mempengaruhi menurunnya ukuran telur.
Komposisi telur.
Air menyusun sekitar 45% dari kerabang telur. Isi telur mengandung sekitar 74%. Kandungan air pada albumen tinggi, bagian yang padat hamper seluruhnya protein dan sejumlah kecil karbohidrat. Sekitar separuh dari yolk berupa air, tetapi bagian yang padat tersusun dari sebagian lemak, protein, vitamin, dan mineral (Suprijatna, 2008).
1.3 PERKEMBANGAN EMBRIO DAN PENETASAN
1.3.1 Perkembangan Embrio
Perkembangan embrio pada unggas ini berbeda dengan mamalia Karena berlangsung diluar tubuh induknya. Prekembangan ini meliputi perkembangan telur sebelum keluar tubuh dan di luar tubuh serta perkembangan embrio selama penetasan.
a. Perkembangan telur sebelum ke luar tubuh dan di luar tubuh.
Setelah terjadi pembuahan dan terbentuk zigot maka perkembangan embrional akan di mulai. Sekitar lima jam setelah ovulasi, saat telur yang sedang berkembang berada dalam ismus, pembelahan sel pertama berlangsung. Pembelahan selanjutnya terjadi sekitar 20 menit kemudian. Setelah itu , satu jam kemudian , pada saat telur meningalkan ismus, berlangsung perkembangan embrional dengan membentuk 16 sel. Setelah sekitar empat jam berada di dalam uterus , telah terbentuk 256 sel sebagian blastoderm.
Blastoderm menyebar keseluruh yolk berdiferensiasi menjadi dua lapisan sel melalui suatu proses yang disebut gastrulasi. Kedua lapisan tersebut akan tampak sebagai lingkaran berwarna keputihannpada permukaan yolk bila telur yang telah dibuahi dipecah. Sedangkan pada telur yang tidak dibuahi tidak akan tampak lingkaran tersebut. Lapisan ketiga, mesodermis, jika telur sudah dierami (Suprijatna, 2008).
Secara rinci,perkembangan embrional di luar tubuh induk selama pengeraman yaitu :
Periode Tahap perkembangan
Telur dalam tubuh induk. Fertilisasi, pembelahansel, pertumbuhan sel hidup, dan segresi sel menjadi kelompok-kelompok yang berfungsi khusus.
Telur di luar tubuh induk sebelum ditetaskan. Tidak berkembang, embtio dalam keadaan hidup inaktif.
Selama penetasan:
Hari ke 1
16 jam Tanda pertama perkembangan embrio
18 jam Tamak saluran percernaan
20 jam Tampak vertebral column
21 jam Pertama pembentukan system saraf
22 jam Pertama pembentukan kepala
23 jam Tampak butir-butir darah dan system sirkulasi
24 jam Mulai pembentukan mata
Hari ke 2
25 jam Mulai pembentukan hati
35 jam Mulai pembentukan telinga
42 jam Jantung melai berdenyut
Hari ke 3
50 jam Mulai pembentukan amnion
60 jam Mulai pembentukan nasal
62 jam Mulai pembentukan kaki
64 jam Mulai pembentukan sayap
70 jam Mulai pembentukan allantois
Selanjutnya
Hari ke 4 Melai pembentukan lidah
Hari ke 5 Mulai pembentukan organ reproduksi dan diferensiasi sex
Hari ke 6 Mulai pembentukan paruh dan gigi telur
Hari ke 8 Mulai pembentukan bulu
Hari ke 10 Mulai pembentukan paruh
Hari ke 13 Penampakan sisik dan kuku
Hari ke 14 Embrio memutar kepalanya kea rah ujung tumpul telur
Hari ke 16 Sisik, kuku, dan paruh menjadi halus dan keras
Hari ke 17 Paruh memutar ke arah rongga udara
Hari ke 19 Yolk sac mulai memasuki rongga udara
Hari ke 20 Yolk sac seluruhnya masuk rongga tubuh; embrio memenuhi semua ruang dalam telur, kecualirongga udara
Hari ke 21 Telur menetas
b. Perkembangan embrio selama penetasan.
Pada saat setelah telur dierami maka lapisan sel ke tiga, mesodermis, akan berkembang menjadi tulang, darah serta organ reproduksi dan organ sekretori. Penyerapan zat makan yang didapatkan oleh embrio ini adalah berasal dari telur itu sendiri. Perkembanga embrio dalam telur ini dapat berlangsung karena adanya membran ekstraembrional.
Membran ekstra embrional ada empat yaitu :
- Choiron : merupakan lapisan yang paling luar.
- Amnion : merupakan kantong yang berisi cairan transparan yang berguna untuk memelihara embrio agar dapat bergerak bebas selama pertumbuhan.
- Yolk sac (kantog kuning telur) : merupakan membrane yang membungkus kuning telur.
- Allantois : merupakan membrane yang menyeliputi embrio dan berperan sebagai suatu system sirkulasi.
Pertumbuhan embrio selama dalam telur memerlukan protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, air, dan oksigen sebagai bahan makanan untuk mencapai perkembangan yang normal.
a. Energy
Energy yang dibutuhkan oleh embrio ini berasal dari protein, karbohidrat, dan lemak. Selama empat hari pertama, perkembangan embrio, karbohidrta meruapakan sumber energinya. Salanjutnya adalah protein dan karbohidrat yang ditandai dengan terbentuknya urea yang merupakan hasil akhir metabolism protein. Pada tahap akhir yang menjadi sumber energy adalah lemak yang berasal dari kuning telur. Selama pengeraman berlangsung, produksi panas terus meningkat sejalan dengan terjadinya perkembangan embrio. Dalam pembentukan panas ini diperlukan udara segar yang berupa oksigen dengan jumlah yang terus bertambah. Hal ini ditunjukkan dengan respiratory quotient yang terus menurun. RQ adalah perbandingan antara volume oksigen yang dikonsumsi pada saat tertentu (Suprijatna,2008).
b. Mineral
Mineral utama yang terlibat dalam proses metabolisme embrional yaitu kalsium. Sumber mineral ini utamanya adalah kalsium yang terdapat dalam kerabang. Kandungan kalsium dalam telur meningkat, mulai hari ke 12. Kadar kalsium yang terus meningkat tersebut beasal dari kalsium kerabang karena pada telur yang infertile yang dieramkan tidak terjadi peningkatan kadar kalsium selama pengeraman tersebut. Adanya peningkatan kadar kalsium pada telur fertile yang dieramkan ini hanya mungkin diperoleh karena adanya transfer dari kerabangtelur melalui membrane kerabang. Mineral lainnya yang dibutuhkan selama perkembanagn embrional terdapat dalam telur.
1.3.2 Penetasan
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio dalam telur sampai telur pecah sampai mengahasilkan individu baru. Penetasan ini dapat dilakukan secara alami oleh induknya atau secara buatan menggunakan mesin penetasan.
Spesies yang menetas secara alami merupakan cara penetasan yang paling efisien dan ekonomis. Sedangkan pada penetasan secara buatan masih tergantung pada beberapa factor, anatara lain telur tetas, mesin tetas, dan tatalaksan penetasan.
a. Telur Tetas.
Telur tetas harus mempunyai kualitas yang baik, yaitu memiliki fertilitas yang tinggi dan daya tetas yang tiggi pula. Karena tidak semua telur memilki kualitas yang tinggi.
Fertilitas merupakan presentasi telur yang fertile dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu penetasan. Faktor yang memnentukan fertilitas anatara lain:
• Nisbah kelamin atau sex ratio, yaitu perbandingan jantan dan betina dalam suatu pemeliharaan pembibitan. Jika terlalu banyak ayam pejanta, maka akan berakibat pada meningkatnya stress pada ayam karena kegaduhan akibat terjadinya persaingan antar pejantan dalam memporoleh pasangannya.
• Umurnya, pada umur yang tua mempunyai fertilitas yang rendah. Jika telur berasal dari ayam yang masih muda juga tida baik ditetaskan karena akan menghasilkan anak ayam yang berkualitas rendah. Jadi, telur yang digunakan dalam penetasan harus berasal dari ayam yang masih dalam masa produktif.
• Lama waktu mulai perkawinan sampai telur dikumpulkan untuk ditetaskan. Semakin lama jarak waktu antara perkawinan dengan telur yang digunakan sebagai telur tetas maka fertilisasinya semakin rendah.
• Manajemen pemeliharaan, pembibitan, meliptuti perkandangan dan pencahayaan.
• Pakan yang meliputi protein, kalsium dan sebagainya.
• Musim. Pada musim panas akan mengakibatkan ayam mengalami stress maka libido akan menurun sehingga fertilitas telur yang dihasilkan rendah.
Untuk mengetahui telur fertile pada suatu penetasan, dilakukan dengan cara meneropongkan telur pada suatu alat yang dilengkapi dengan sumber cahaya. Alat tersebut disebut dengan cander. Namun dalam penggunaan praktis, untuk mengetahui kualitas telur tetas adalah daya tetas (hatchability). Daya tetas memiliki dua pengertian, yaitu :
1. Presentasi telur yang menetas dari seluruh telur yang ditetaskan. Pengertian ini banyak digunakan pada perusahaan penetasan (hatchery).
2. Presentase telur yang menetas dari telur yang fertile (terbuahi). Pengertian ini lebih tepat, trutama bila pengamatan mengenai telur yang fertile akurat. Namun, bila tidak tepat karena kesulitan teknis, cara pertama lebih menguntungkan untuk menduga kualitas telur tetas.
Seleksi telur tetas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memilih telur tetas yang memenuhi persyaratan untuk ditetaskan. Persyaratan telur tetas yang baik yaitu :
1. Telur tetas harus berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan produktivitasnya tinggi dengan sex ratio yang baik sesuai dengan rekomendasi jenis ayam.
2. Umur telur tidak boleh lebih dari satu minggu. Daya tetas akan menurun sejalan dengan bertambahnya umur telur.
3. Kualitas fisik telur. Meliputi ; a). bentuk telur normal. Perbandingan panjang dan lebar adalah 7:5. b). berat atau besar telur harus seragam sesuai strain atau bangsa. c). cangkang yang sedang (tidak tipis juga tidak tebal). d). permukaan kulitnya halus, tidak kotor, dan tidak retak.
b. Mesin Tetas.
Mesin tetas berfungsi mengganti peran induk. Dalam penetasan telur untuk menghasilkan individu baru , cara kerja mesin tetas pada prinsipnya meniru induknya pada waktu mengerami telurnya. Itulah sebabnya mesin tetas dapat menciptakan kondisi sebagaimana kondisi alami oleh induknya. Untuk menciptakan kondisi yang ideal seerti pada penetasan alami, harus diperhatikan panas atau temperature, kelembapan dan seirkulasi udara dalam ruang mesin.
Perkembangan e,brio akan engalami masa istirahat, tidak berkembang pada kondisi temperature tertentu, yaitu yang disebut sebagai physiological zero. Temperature tersebut adalah 75º F (23,5ºC). di atas temperature tersebut, embrio akan berkembang. Telur akan menetas pada penetasan buatan (menggunakan mesin tetas) jika temperaturnya 95-105ºF (35-40,5ºC).
Kelembapan udara dalam mesin tetas yang optimal selama penetasan harus dijaga sehingga tidk terjadi dehidrasi maupun terlalu lembab. Kelembaban optimal berkisar 50-60%, tetapi tepatnya bergantung pada banyak hal, antara lain besar telur dan temperature mesin tetas.
Komponen utama udara adalah oksigen, nitrogen, karbondioksida, dan uapa air. Selama penatasan belangsung, embrio membutuhkan udara segar untuk berlangsungnya proses metabolisme.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan diskusi dalam makalah ini dapat ditarik eksimpulan antara lain:
1. Sistem reproduksi pada unggas dibedakan menjadi dua, yaitu reproduksi jantan dan reproduksi betina. Reproduksi jantan terdiri dari Testis yang berjumlah sepasang, Saluran reproduksi berupa tubulus mesonefrus, Duktus aferen, Epididimis, kloaka. Sedangkan pada betina terdiri dari Ovarium dan Saluran reproduksi berupa ovidak yang terdiri dari infundibulum, magnum, isthmus, uterus,vagina dan kloaka.
2. Proses pembentukan telur pada unggas yaitu :
• ovariumnya dan ovidaknya mengalami perubahan-perubahan
• kelenjar pituitary anterior memproduksi folikel stimulating hormone (FSH).
• folikel ovarium bertambah
• ukuran ovidak bertambah besar sehingga memungkinkan memproduksi protein albumen, membrane kerabang, kalsium krbonat kerabang, dan kultikula.
• Tingkat esterogen, plasma darah, yang tinggi mulai perkembangan tulang, mendulayer, merangsang protein yolk, dan pembentukan lemak oleh hati.
• Yolk pertama terbentuk kemudian di ikuti pembentukan yolk kedua.
• Ovarium yang aktif mulai mengahsilkan hormone esterogen, progesterone, testosterone.
• sekitar 7 hari sebelum ovulasi 95-99%, material yolk ditambahkan.
• zat-zat makanan disalurkan melalui membran folikuler dari aliran darah menuju ke ovidak,
• Setelah ovulasi ovum ditangkap oleh fimbria dan masuk kedalam infundibulum
• Terjadi pertemuan dengan sel jantan
• Diteruskan ke magnum
• telur menerima lapisan albumen
• Sekresi albumen kedalam lumen.
• bergerak ke isthmus
• Telur tinggal di isthmus selama kurang lebih 1,5 jam
• Telur bergerak ke uterus (22 jam.)
• dikeluarkan. Dengan ujung yang tumpul yang lebih dulu.
3. a.Perkembangan embrio ada dua yaitu : a) Perkembangan telur sebelum ke luar tubuh dan di luar tubuh meliputi : Pembuahan, Zigot, Embrio berkembang, Dalam isthmus sel membelah pertama, Menjadi blastoderm,gastrulasi. b) Perkembangan embrio selama penetasan meiputi : Telur dierami dan terbentuk lapisan ke tiga yaitu mesoderm, Berkembang menjadi tulang, darah dan organ sekretori, Embrio berkembang karena adanya membran ekstra embrional.(choiron, amnion, yolk sac dan allantois). Embrio terus berkembang hingga akhirnya telur menetas.
b.Penetasan ada dua yaitu secara alam yang dilakukan oleh induknya sendiri dengan cara dierami dan secara buatan dengan menggunakan mesin buatan.
DAFTRTAR PUSTAKA
Suprijatna, Edjeng. 2008. Ilma Dasar Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya.
Nalbandov. A.V.1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta. UI Press.
Rasyaf M., 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Bell D.J. and Freeman B.M., 1971. Physiology and Biochemistry of the Domestic Fowl. Volume 3. Academic Press. London New York.
James Blakely and David H. Bade, 1985. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono dan Soedarsono).