Jumat, 29 April 2011

DAVALLIA


DAVALLIA

1.      KLASIFIKASI
Kingdom:        Plantae
Division:          Pteridophyta
Class:               Filicinae
Order:              Davalliales
Family:            Dipolypodiceae
Genus:             Davallia
(www.plantamor.com)
2.      MORFOLOGI

            Davallia merupakan salah satu genus dari 40 jenis pakis. Dallavia merupakan tumbuhan epifit. bila dilihat secara langsung, maka tumbuhan ini mempunyai cirri-ciri antara lain rimpangnya kuat,dan ketika masih muda tertutupi oleh sisik, serta daunnya berbentuk segitiga dan kaku, tepinya bergerigi, dan permukaanya mengkilat sehingga mudah dilihat. Daunnya berwarna hijau muda sampai hijau tua. Menurut Tjitrosoepomo (2009:279) daun menyirip ganda dua atau lebih dengan urat-urat yang bebas. Rimpang merayap dengan ruaas-ruas yang panjang, bersisik rapat. Sisik berwarna pirang.
gambar daun.
            Pada davallia ini mempunyai batang yang berupa rimpang  dan berwarna coklat kehitaman. Tumbuhan ini termasuk epifit dan merupakan paku tanah yang isospor. Katika masih muda rimpangnya ini tertutupi oleh sisik-sisik yang padat sehingga warnanya coklat terang.
            Selain batang dan daun, yang dapat dilihat secara nyata yaitu, tumbuhan ini mempunytai entalpi. Entalpi berbentuk panjang dan berjumbai serta menyirip. Pada tangkai entalpi ini berwarna coklat gelap dan mengkilap. Mempunyai indusial berbentuk corong. Smith (1793:157) menyebutnya dengan indusial. Indusial ini berada pada bagian dasar dan berbentuk eperti cagkir.
 gambar entalpi.

            Menurut Mustofa (2009), davallia mempunyai Rimpang yang kuat, berdaging kuat, berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang. Entalnya berumbai, panjangnya sampai 1 m. Bentuk ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Tangkainya bewarna coklat gelap, mengkilat. Helaian daunnya berbentuk segitiga dengan tepi yang berringgit. Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya licin mengkilat, sehingga mudah sekali terlihat dengan jelas. Indusia berbentuk hampir menyerupai setengah lingkaran. Panjang dan lebarnya ± 1 mm. Perbanyakan melalui rimpang. Secara seksual spora dapat digunakan untuk memperbanyak diri.
            Dari pengamatan mengenai davallia ini dapat disimpulkan bahwa cirri morfologinya adalah “   Rimpang panjang-merayap, biasanya tebal, bersisik padat dengan peltate atau sisik berbentuk hati. Stipe telanjang, diartikulasikan ke rimpang. Lamina daun pada spesies Thailand halus dibedah, biasanya deltoid, seperti kulit untuk chartaceous, hijau, gundul. bulat Sori, terletak di ahir uratnya, biasanya dekat dengan margin, indusial berada di bagian dasar dan berbentuk cangkir (Iwatsuki. 1985:157)

3.      SISTEM REPRODUKSI
Tumbuhan paku terdiri dari dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofit dan generasi gametofit ini tumbuh bergantian dalam siklus tumbuahan paku. Generasi sporofit adalah tumbuhan yang menghasilkan spora sedangkan generasi gametofit adalah tumbuhan yang menghasilkan sel gamet (sel kelamin). Pada tumbuhan paku, sporofit berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih lama dibandingkan generasi gametofit. Oleh karena itu, generasi sporofit tumbuhan paku disebut generasi dominan. Generasi sporofit inilah yang umumnya kita lihat sebagai tumbuhan paku. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Widhiastuti (2009:3) menyatakan bahwa  Davallia  ini merupakan tumbuhan epifit yang memilki nilai kerapatan relative terbesar diabanding tumbuhan paku lainnya yaitu 52,521 %. Banyaknya tumbuhan Davallia ini diebabkan Karena rhizome yang dimiliki jenis ini panjang dan menjalar pada tumbuhan yang ditumpanginya. Menurut Sastrapradja (1980:7), perbanyakan genus Davallia dapat melalui rhizome dan spora.
Tjitrosoepomo (2009:279) menyatakan bahwa Davallia memiliki sorus yang  bulat atau memanjang, dimana sorus ini  terletak pada sisi bawah daun, atau disepanjang tepi daun,  dan terpisah-pisah. Indisium dari Davallia ini terdapat pada pangkal dan kanan kiri spesies ini. Dimana indusium  berlekatan pada permukaan daun  sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan terbuka pada arah ketepi daun.
 gambar spora.
4.      SIKLUS  HIDUP
Davallia merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan baru (Sudarsono, 2003).

5.      KUNCI IDENTIFIKASI
1.beradasarkan keberadaan urat daun
  2.daun yang menyempit, mempunyai panjang skitar dua kali lebarnya        1.D.corniculata
2.daun yang meluas, mempunyai panjang yang sama dengan lebarnya.     
2.D. denticulata
1.tidak adanya urat daun
3.sori, tidak ada atau sedikit lebih panjang daripada lebarnya. Kadang – kadang lebih lebar dari panjangnya. Rimpangnya menyempit menuju pucuk.
 4.rhizoma mempunyai diameter lebih dari 8mm.bersisik. panjang daun lebih dari 40 cm.                      3. D. divaricata
 4.rhizoma berdiameter 4-6 mm,bersisik. Panjang daun mencapai 25 cm.           
4.D. peteloti
             3.sori yang panjangnya dua kali lebarnya. Bersisik dan rimpang menyempit diatas dasar
                 5.rhizoma berdiameter 3-5 mm.                 5. D. trichomonoides
                5.rhizoma berukuran lebih dari 6 mm.        6. D. solida 
6.DESKRIPSI MASING-MASING JENIS.
            a. Davallia corniculata

Davallia corniculata mempunyai ciri rimpang yang panjang-merayap, berdiameter sekitar 3mm,rimpang ditutupi dengan sisik, permukaan berlilin, kurang lebih bersisik paten, secara bertahap mengalami penyempitan dari dasar menuju puncak,mempunyai luas sekitar 0.8mm sampai 5mm, berwarna coklat atau merah kecoklatan, sisik berada di pinggir. Stipe berwarna  coklat sampai coklat pucat, berbentuk silinder, gundul, hingga 20 cm. Lamina sempit subdeltoid, secara bertahap penyempitan dari dasar luas cuneate ke puncak, dengan panjang 5 cm sampai 10 cm. sori kecil dan terletak di tepi cuping. Mempunyai Indusial dengan panjang dan lebar sekitar 0,3 mm. 
b. Davallia denticulate

Davallia denticulate  mempunyai cirri rimpang yang panjang-merayap, berdiameter sekitar 5 mm. seluruh bagian rimpangnya bersisik padat; sisik berbentuk bulat telur dan  mengalami penyempitan menuju ujung, ekor paten,pada bagian dasar mempunyai panjang dan lebar sekitar 1,5 mm. pada bagian belakang,mempunyai bentuk lurus dengan ukuran 0,2 sampai 5 mm dan berwarna coklat hingga coklat tua. Sisik berada di pinggir. Stipe berwarna coklat, tereta, sampai dengan 40 cm, gundul. Lamina subtriangular, secara bertahap mengalami penyempitan menuju puncak acuminate. Sorinya kecil, bearda di bagian pinggir. Indusial berbentuk cangkir dengan ukuran 0,4 mm sampai 0,7 mm. 

c. Davallia divaricata

Dvallia divaricata mempunyai cirri rimpang yang merayap, tebal, berdiameter lebih dari 0,8 mm. Bersisik padat di seluruh permukaanya; skala linier-lanset, secara bertahap mengalami penyempitan menuju puncak, bagian belakang panjang mencapai 15 mm. seluruh sisiknya  berwarna coklat sampai coklat tua. Stipe, castaneous berwarna lebih gelap,dengan panjang  hingga 50 cm berbentuk silinder. Sori berukuran kecil, terletak di ahir veinlet,sorous terletak pada ujung pinggir dengan ukuran 0,2 – 0,4 mm, kurang lebih berbentuk cekung, menonjol muncul di bagian atas permukaan. Indusial berbentuk cangkir, berukuran  0.7 mm sampai 1.2 mm.
            d. Davallia petelotii

Davallia petelotii mempunyai cirri rimpang panjang-merayap, berdiameter 4-6 mm. Skala  subulate mempunyai luas dengan panjang, benang seperti ekor, sampai dengan 10 kali 0,8 - 1,2 mm pada bagian dasar, sisik berada di pinggir,berwarna coklat atau keabu-abuan. Berbentuk silinder. Stipe berwarna  kecoklatan, berdiamater 2-2,5 mm dengan panjang sampai25 cm. Sori berada di bagian ahir segmen, berbentuk bulat dengan ukuran 0.8 sampai 1 mm.
e. Davallia trichomandoides

Davallia trichomandoides mempunyai cirri rimpang panjang-merayap, berdiameter 3-5mm, bersisik padat di seluruh permukaanya. Dalam berbagai ukuran daun yang berbentuk dekta pada umunya mengalami penyempitan dari dasar menuju pucuk. Mempunyai panjang hingga 35 cm dan lebar mencapai 18 cm.mengalami penabalan pada bagian pangkal  Sori berada di ahir  veinlets. Indusial berbentuk cangkir dan diameter berukuran 0.7 mm sampai 2 mm.

  f.
Davallia solida        

Davallia solida mempunyai cirri rimpang panjang - merayap, berdiameter 6-12 mm. seluruh permukaanya bersisik. Secara bertahap mengalami penyempitan menuju puncak dengan ukuran panjang 4-5 mm. Bagian apikal tipis, berwarna coklat muda, dengan sisik  padat sekitar 1 mm, caducous, pada bagian dasar berwarna coklat gelap hampir hitam. Pada rimpang yang sudah tua mempunyai ukuran kurang lebih 3 mm. Stipe berwwarna coklat, dengan panjang sekitar 15 cm. mempunyai ukuran daun yang berbentuk sub delta dengan panjang dan lebar kurang lebig 30 cm. daun mempunyai urat yang cukup jelas. Sori bearda di bagian ahir veinlets, pada segmen pinggir. ndusial berbentuk cangkir, mempunyai panjang dua kali lebarnya dengan panjang mencapai15 cm.
7.      MANFAAT
Dvallia mempunyai bentuk yang cukup menarik sehingga banyak diamnfaatkan sebagai tanaman hias, dapat digunakan sebagai unsur pendukung dalam karangan bunga.Selain itu tumbuhan ini dapat ditanam ditempat-tempat yang terlindung maupun tempat-tempat yang terbuka. Dalam suatu penelitian, telah diketahui bahwa tanaman ini mengandung asam hidrosianik.
DAFTAR PUSTAKA
- Iwatsuki, dkk. 1985. Flora Of Thailand volume three part two. Bangkok : TEM STIMINAND
- Mustofa, Imam.  2009. Petunjuk praktikum Botani Phanerogamae. Bandung: FPMIPA UPI.
-Sastrapradja, S., J. J. Afriastini, D. Darnaedi dan Elizabeth. 1980. Jenis Paku Indonesia. Lembaga Biologi Nasional, Bogor. hlm. 7
-Sudarso, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.
-Tjitrosoepomo, gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press
-Widhiastutu, Retno. Dkk. 2006. STRUKTUR DAN KOMPOSISI TUMBUHAN PAKU-PAKUAN DI KAWASAN GUNUNG SINABUNG KABUPATEN KARO. Vol. 13 No. 8
-www.plantamor.com. diakses tanggal 23 April 20011.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar