Jumat, 08 Oktober 2010

3 KERAJAAN BESAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menurut Harun A.Nasution, terdapat tiga kerajaan besar yang muncul ke permukaan dalam kurun waktu (1500-1800 M). Tiga kerajaan yang dimaksud adalah kerajaan Ustmani di Turki, kerajaan Shafawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Tiga kerajaan besar ini mempunyai kejayaan masing-masing, terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. Masjid-masjid dan gedung-gedung indah yang didirikan di zaman ini masih dapat dilihat di Istanbul, Tibriz dan Isfahan serta kota-kota lain di Iran dan Delhi. Kemajuan umat Islam di zaman ini lebih banyak merupakan warisan kemajuuan di masa periode klasik. Perhatian pada ilmu pengetahuan masih kurang. Tentu saja bila dibanding kemajuan yang dicapai pada masa Dinasti Abbasiyah, khususnya di bidang ilmu pengetahuan. Namun, menarik untuk dikaji, karena kemajuan pada masa ini terwujud setelah Dunia Islam mengalami kemunduran beberapa abad lamanya.
Kerajaan Turki Ustmani merupakan kerajaan terbesar dan paling lama berkuasa, berlangsung selama enam abad lebih(1281-1924 M). Eksistensi kerajaan Turki Utsmani selama berabad-abad kekuasaannya, Turki telah memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan peradaban, baik di kawasan Negara-negara Arab, Asia bahkan Eropa. Pada masa pemerintahan Turki Utsmani, para sultan bukan hanya merebut negeri-negeri Arab, seluruh wilyah antara Kaukasus, kota Wina, dan Balkan. sehingga tumbuh pusat-pusat islam di Trace, Macedonia, Thessaly, Bosnia, Herzegovina, Bulgaria, Albania dan sekitarnya.



Pada tahun 1501 Ismail Muda mendirikan pemerintahan Safawi di Iran, menjadikan Syiah sebagai agama resmi Negara. Pada saat yang sama Dinasti Timurid berhasil membangun fondasi Dinasti Mughal di India. Munculnya tiga gugus besar utama ke permukaan, gugus berhaluan Sunni Otoman Turki dan Mughal India terpisah oleh Syiah Iran.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari Latar Belakang Masa Kekuasaan Tiga Kerajaan Besar Dinasti Utsmaniyyah, Safawiyah, dan Mugholiyah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Tiga Kerajaan Besar ?
2. Bagaimana keadaan Sosial, Politik, dan Kenegaraan Tiga Kerajaan Besar ?
3. Bagaimana fenomena keagamaan dan keilmuan di Tiga Kerajaan Besar ?
4. Apa faktor-faktor penyebab keruntuhan Tiga Kerajaan Besar ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari Rumusan Masalah Masa Kekuasaan Tiga Kerajaan Besar Dinasti Ustmaniyah, Safawiyah, dan Mughaliyah adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sejarah berdirinya Tiga Kerajaan Besar.
2. Mengetahui keadaan Sosial, Politik, dan Kenegaraan Tiga Kerajaan Besar.
3. Mengetahui fenomena keagamaan dan keilmuan di Tiga Kerajaan Besar.
4. Mengetahui faktor-faktor keruntuhan Tiga Kerajaan Besar.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah berdirinya Tiga Kerajaan Besar
2.1.1 Kerajaan Turki Utsmaniyah
Turki Utsmani didirikan oleh suku bangsa pengembara, berasal dari wilayah Asia Tengah, termasuk suku Kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang dunia Islam, pemimpin suku Kayi, Sulaiman Syah, mengajak anggota sukunya menghindari serbuan bangsa Mongol dan lari ke arah barat. Sulaiman Syah meminta perlindungan kepada Jalal Ad-Din memberi jalan agar Sulaiman pergi ke barat ke arah Asia Kecil, dan disanalah mereka menetap. Sulaiman ingin pindah lagi ke wilayah Syam setelah ancaman Mongol reda. Dalam usahanya pindah ke negeri Syam itu, Pemimpin orang-orang Turki tersebut mendapat kecelakan hanyut di sungai Euphrat yang tiba-tiba pasang karena banjir besar, tahun 1228 M. Mereka akhirnya terbagi menjadi dua kelompok, pertama pulang ke negeri asalnya, kedua meneruskan perantauannya ke wilayah Asia Kecil. Kelompok ke dua berumlah sekitar 400 keluarga dipimpin oleh Erthogrol anak Sulaiman. Mereka menghambakan dirinya kepada Sultan ‘Ala ad-Din II dari Turki Saljuq Rum yang pemerintahannya berpusat di Konya, Anatolia, Asia Kecil.
Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke 13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka, orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II. Pada waktu itu bangsa Saljuk yang serumpun dan seagama dengan orang turki imigran. Mereka melihat Sultan sedang berperang melawan bahaya bangsa Romawi yang mempunyai kekuasaan di Kemaharajaan Romawi Timur (Bizantium). Dengan adanya tambahan pasukan baru dari saudara sebangsanya itu pasukan Saljuk menang atas Romawi. Sultan Alauddin gembira, ia menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil berbatasan dengan Byzantium kepada Erthogrul. Mereka terus membina wilayahnya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Erthogrul mempunyai seorang putra bernama Ustman yang lahir tahun 1258. Nama ustman inilah yang diambil sebagai nama untuk Kerajaan Turki Ustmani. Erthogrul meninggal tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Ustman. ditunjuk untuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai pemimpin suku bangsa Turki atas persetujuan Sultan Saljuk. Ustman memerintah antara tahun (1290-1326 M). ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II, keberhasilannya menduduki benteng-benteng Byzantium berdekatan dengan kota Broessa, tahun 1300 M, Setelah menghancurkan Baghdad tahun 1258 M, bangsa Mongol meneruskan penaklukannya ke arah utara, termasuk wilayah kekuasaan Saljuk Rum. Sultan Saljuk tidak dapat mempertahankan diri dan mati terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian terpecah dalam beberapa kerajaan kecil. Ustman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan ustmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Ustman yang sering disebut Ustman I. Sultan banyak memberi hak istimewa kepada ustman dan mengangkatnya menjadi gubernur dengan gelar bey di belakang namanya. Ustman juga diberi hak untuk mencetak uang sendiri dan didoakan dalam khutbah Jumah. Sebagian ahli mengatakan ustman adalah anak Sauj. Sauji anak Erthogrul, sehingga Ustman adalah cucunya bukan anaknya, dimana Sauji meninggal sebelum ayahnya (Erthogrul) meninggal.
Dalam keadaan kosong itulah Ustman memerdekakan diri dan bertahan terhadap serangan bangsa Mongol. Bekas wilayah Saljuq dijadikan basis kekuasaanya dan para penguasa Saljuq yang selamat dari pembantaian Mongol mengangkatnya sebagai pemimpin. Peristiwa tersebut berlangsung kira-kira tahun 1300. Maka, berdirilah Kerajaan Ustmaniyyah yang dipimpin oleh Ustman yang bergelar Padisyah Alu Ustman atau Raja dari Keluarga Ustman. Ustman dijadikan sebagai menantu oleh Syekh Udabali, guru tarekat yang memberinya gelar Al-Ghazi, yang diharapkan dapat berjuang terus di jalan yang lurus, jalan melawan bangsa Rum. Ustmaniyyah dapat mengembangkan sayapnya ke tiga benua, yakni Asia Kecil, Eropa Timur dan Selatan, dan Afrika Utara.
Setelah Ustman I mengumumkan dirinya sebagai padisyah Al Ustman (raja besar keluarga Ustman) tahun 699 H (1300 M). Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan Broessa tahun 1317 M, kemudian tahun 1326 M di jadikan sebagai ibu kota kerajaan. Kemudian pemerintahan diganti oleh Orkhan,pada masa pemerintahan ini kerajaan Turki Usmani berhasil menaklukkan daerah bagian benua Eropa. Selanjutnya pemerintahan digantikan oleh Murad I yang berkuasa pada 1359M-1389M,dia berhasil memperluas daerah kekuasaanya dan juga berhasil mengalahkan pasukan sekutu kristen Eropa yang hal ini menjadi catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat islam.
Ekspansi kerajaan Turki Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Konstatinopel,tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402M. tentara Turki Usmani mengakami kekalahan. Bayazid bersama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403M.
Setelah kajadian itu Turji Usmani mengalami kekacauan karena putra Byazid saling berebut kekuasaan namun Sultan Muhammad I dapat mengatasinya.selanjutnya kekuasaan dilanjutkan oleh Murad II pada tahun 1421-1451M.dan selanjunya dalanjutkan oleh Muhammad II (1451-1484M) sehingga pada masa itu Turki Usmani mencapai Puncak kejayaannya.
2.1.2 Kerajaan Shafawiyah
Kerajaan Shafawi berdiri secara resmi di Persia pada tahun (1501 M/907 H), tatkala Syah Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja atau Syah di Tabriz, demikian antara lain pendapat C.E. Bosworth. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Peristiwa berdirinya Kerajaan Shafawi berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dalam rentan waktu sama yang cukup panjang, yakni kurang lebih dua abad. Selama masa itu, cikal bakal Shafawi tumbuh lambat laun, tetapi pasti menuju zaman yang penuh dengan muatan historis yang sangat penting.
Kerajaan Shafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Kerajaan Shafawi menyatakan Syi’ah sebagai mazhab Negara. Karena itu, kerajaan ini di anggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini. Menurut Sayid Amir Ali. kata Shafawi berasal dari kata Shafi, suatu gelar bagi nenek moyang raja-raja Shafawi: Shafi Al-Din Ishak Al-Ardabily. Sedang menurut P.M. Holt dan kawan-kawan. Shafawi berasal dari kata Shafi, yaitu bagian dari nama Shafi Al-Dini Ishak Al-Ardabily sendiri. Menurut Ahmad Fadlali, nama safawiyah diambil dari nama depan seorang pemimpin aliran keagamaan (tarekat) yakni Shafi Al-Din Ishak Al-Ardabily (1252-1334), sehingga tarekatnya dikenal dengna nama Shafawiyah. Terdapat dua versi mengenai asal usul Syekh Safi ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa Safi merupkan keturunan Musa Al-Kadzim (imam ketujuh dari aliran Syi’ah dua belas), ia dianggap masih keturunan Nabi Muhammad SAW, dari Siti Fatimah. Pendapat kedua mengatakan Safi adalah keturunan penduduk asli Iran dari Suku Kurdi keturunan Darwisy yang berbahasa Azari (bahasa Turki yang digunakan di Azerbajan dan yang perlu dicatat dari pendapat kedua ini adalah ia di anggap beraliran Syiah tetapi juga Sunni bermazhab Syafi’i.
Shafi Al-Din Ishak Al-Ardabily lahir pada tahun 1252 M/650 H, enam tahun sebelum Hulagu Khan menghancurkan Baghdad dan mengakhiri Dinasti Abbasiyah, ia lahir di kota Ardabil, sebuah kota paling Timur dari Azerbaijan. Shafi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalam hidupnya. Gurunya bernama Syekh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M). yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, Safi Al-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut.
Shafi Al-Din mulai memimpin ribath dan mendirikan tarekat Shafawiyah pada 1301 M, sampai kepada Syah Ismail I memproklamasikan berdirinya kerajaan Shafawiyah pada 1501 M, banyak pengalaman keluarga Shafawi dalam perjuangan menegakkan cita-cita selama dua abad itu. Ada dua tahap perjuangan yang dilalui Shafi Al-Din, pertama sebagai gerakan keagamaan (cultural) dan kedua sebagai gerakan politik (structural).
Pada masa 1301-1447 M (700-850 H) gerakan Shafawi masih murni gerakan keagamaan (cultural) dengan tarekat Shafawiyah sebagai sarananya. Shafawi memiliki pengikut yang besar, tidak hanya di Persia tetapi juga sampai ke Syria dan Anatolia. Mayoritas pengikutnya adalah suku-suku turki yang masih seminomad yang dikenal dengan sebutan Turkman yaitu di antaranya suku Ustajlu, Rumlu, Shamlu, Dulgadir, Takkalu, Ashfar dan Qajar.
Ketika pimpinan tarekat dipegang oleh Junaid (1447-1460 M), aliran keagamaan ini memperluas gerakannya ke wilayah politik, hingga muncul keinginan untuk mendirikan pemerintahan sendiri. Setengah abad kemudian keinginan Junaid terwujud dengan berdirinya kerajaan Dinasti Safawi di bawah proklamatornya Syah Ismail. Sehingga Berdirinya imperium Syiah kedua, Safawi melakukan ekspansi menyatukan kembali beberapa wilayah Persia ke dalam kesatuan kerajaan Islam. Kegiatan ini menimbulkan konflik antara Junaid dengan penguasa Kara Konyulu (domba HItam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik, Junaid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, AK-Koyunlu(domba putih). Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
AK. Konyulu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Dinasti Safawi sehingga AK. Konyulu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan dan ahirnya pasukan haidar kalah dan Hidar terbunuh dalam peperangan itu.
Kepemimipinan gerakan Safawi, selanjutnya berada ditangan Ismail, yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail bersama pasukannya bermarkas di Gilan,mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syiria, dan Anatolia. pasukan yang dipersiapkan itu dinamai Qizilbash.
Selanjutnya pemerintahan dipegang oleh Tahmsamp I(1524-1576M),pada masa pemerintahan ini masih saja terjadi peperangan dengan Turki Usmani dan adanya konflik dalam tubuh Qizilbish.Selanjutnya pemerintahan digantikan oleh Ismail II(1576-1577M),pada masa ini juga masih saja terjadi peperangan dan kemudian pemerintahan selanjutnya dipegang oleh M. Khudabanda(1577-1787M). pada masa tiga raja ini kerajaan Safawi mengalami kelemahan. Kondisi memprihatinkan ini baru bisa diatasi setelah raja Safawi ke lima, Abas I, naik tahta. Ia memerintah dari tahun 1588 sampai dengan 1628M. Abas I mampu menstabilissasikan politik dengan cara, menghilangkan dominasi Qizilibish dengan membentuk pasukan baru, mengadakan perjanjian damai dengan Usmani dengan cara menyerahkan wilayah Azerbaijan dan Georgia, tidak menghina Khulafa al-Rayidun, kemampuan mengatasi politik dalam negeri dan merebut kembali wilayah Safawiah merupakan nilai lus Abas I sehingga ia menjadi penguasa menonjol Safawiah.
2.1.3 Kerajaan Mugholiyah
Kerajaan Mughal berdiri seperampat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagian ibu kota, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Pada mulanya, ia mengalami kekalahan tetapi mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan samarkand tahun 1494 M. pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan. Setelah Kabul dapat ditaklukan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju Delhi. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu kota Lahore.
Pada tanggal 21 April 1526 M, tejadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana, sehingga berdirilah Kerajaan Mughal di India. Setelah kerajaan Mughal berdiri, kerajaan Hindu menyusun angkatan perang untuk menyerang Babur. Namun, pasukan Hindu dapat dikalahkan Babur. Sementara, di Afghanistan masih ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi, Mahmud menjadi sultan. Sultan Mahmud Lodi dengan mudah dikalahkan dalam pertempuran dekat Gogra (1529 M).
Pada tahun 1530 M, Babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun. Humayun merupakan pudikuasai. putra sulung Babur, dalam melaksanakan pemerintahan banyak mengadapi tantangan. Sepanjang masa kekuasaannya selama sembilan tahun (1530-1539 M ) Negara tidak pernah aman. Di antara tantangan yang muncul adalah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat ynag memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan dapat dipadamkan. Bahadur Shah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran Humayun mengalami kekalahan. Ia melarikan diri ke Kandahar selanjutnya ke Persia. ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal tahun 1555 M. ia meninggal dunia (1556 M), karena terjatuh dari tangga perpustakaannya, Din Panah.
Selanjutnya pemerintahan digantikan oleh Humayun(1530-1556M),pada masa pemrintahan ini menghadapi beberapa pemberontakan diantaranya dari Bahadur Syah dan saudaranya Kamran. Dia juga menghadapi pasukannya yang tidak lagi loyal.kemudian pada tahun 1556-1605 penmerintahan digantikan oleh Akbar Syah,ia menerapkan undang-undang yang terkenal dengan Din Ilahi(agama Allah)
Pada tahun 1605-1627M pemeritahan dipegang oleh Jehangir yang pada masa ini menghadapi pemberontakan anaknya sendiri yaitu Khusraw dan Syeh Jehan. Syeh Jehan memerintah pada tahun 1627-1658M, dia berhasil menguasai kota Qandahar kembali yang dulu dikuasi Persia.selanjutnya pada tahun 1658-1707M pemerintahan dipegang oleh Auerengzeb,ia mengahadapi banyak pemberontakan karena ia tidak bertoleransi dengan agama lain.
2.2 Keadaan Sosial, Politik dan Kenegaraan Tiga Kerajaan Besar
2.2.1 Kerajaan Ustmaniyah
Kebudaaan Turki Ustmani merupakan perpaduan bermacam-maca kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan mereka serap dari Bizantium. Sedangkan tentang prinsip-prinsip sosial mereka terima dari bangsa Arab. Orang-orang Turki Ustmani dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Turki Ustmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran.
Dalam masalah politik, seperti tata cara penghormatan pada raja. Turki Ustmani banyak meniru kebudayaan Bangsa Persia, karena diantara 2 bangsa itu terdapat jalinan historis. Kebudayaan Turki Ustmani bersumber dari kondisi alam Asia Tengah yang telah memebentuk kepribadian dan karakteristik mereka, seperti memiliki semangat tinggi dan cenderung suka berasimilasi serta senang bergaul dengan bangsa lain. Di pihak lain, yang berkembang cukup besar adalah bidang seni budaya. Cabang-cabang kesenian seperti sastra, musik dan seni rupa, dapat berkembang dengan baik. Masjid-masjid besar dan indah diprakarsai pendirinya oleh para Sultan, seperti Masjid Sulaimaniyah yang didirikan oleh Sulaiman Agung, Masjid Sultan Ahmad di Istanbul, dan lain-lain. Telah di kembangakan ragam tulisan kaligrafi islam dihasilkan oleh kesultanan ini, dengan tingkat kehalusan tulisan yang sangat luar biasa. Tokoh-tokoh terkemukanya diantranya, Syaikh Hamdulloh, Hafiz Ustman, Ahmad Qarahisyari, dan lain-lain.
Dalam peraturan perpolitikan Turki Ustmani dimasa keemasannya mampu menaklukkan beberapa kota besar pada saat itu. Dan satu dari sekian banyak yang ditaklukan adalah Konstantinopel. Langkah awal yang ia tempuh dalam menjalankan roda pemerintahannya adalah memadamkan pemberontakan yang meletus di Asia kecil. Melihat kondisi demikian, maka kaisar Byzantium berusaha memanfaatkan situasi dengan cara menekan penguasa Turki Ustmani. Ia menyuruh utusan untuk mengirimkan surat kepada Sultan Muhammad II yang berisi agar melipatgandakan pajak tahunan yang biasa diberikan ayahnya kepada pemerintahan Byzantium sebagai imbalan atas perlindungan Byzantium kepada pangeran Urkhan, cucu Sulaiman.
Mendengar isi surat demikian. Sultan Muhammad sangat marah, ia bukannya memberi, namun ia memenggal leher para utusan itu, sebagai pernyataan perang kepada pemerintah Byzantium. Maka pada tahun 1453 M pasukan tentara Ustmani menyerbu dan mengepung Konstantinopel dari segala penjuru sehingga tidak lama kemudian Konstantinopel menyerah dan Kaisar Konstantinopel mati berbunuh dalam serangan tersebut. Penaklukan konstantinopel merupakan hasil gemilang, yang diraih bangsa Turki Ustmani. Penaklukan demi penaklukan dilakukan dengan gemilang. Berkat keberhasilannya daulat Turki Ustmani menjadi Imperium islam yang sangat besar terbentang luas baik di benua Eropa maupun di benua Asia dan Afrika.
Organisasi kemiliteran dan susunan pemerintahan, yang begitu mengesankan dari kerajaan Truki Ustmani adalah luasnya wilayah kekuasaannya, yang membentang disebagaian Asia, Afrika Utara dan Eropa. Orkhan pengganti Ustman, mengadakan pembaharuan dalam sistem kemiliteran. Ia membentuk kelompok militer baru yang disebut Jenissari yang anggotanya terdiri dari bangsa-bangsa non-Turki, bahkan anak-anak kristen yang dididik khusus. Dalam pada itu, angkatan lautnya pun dikokohkan, dan sistem pemerintahannya diatur dengan tertib. Sultan adalah pemegang kekuasaan tertinggi yang dibantu perdana menteri (Shadr al-a’zham) yang membawahi gubernur (pasya). Dan gubernur membawahi bupati (al-zanadiq atau al-alawiyah). Kemajuan dalam bidang pemerintahan itu tampaknya tidak diimbangi dengan pengembangannya ilmu pengetahuan.
Untuk pertama kali, kekuatan militer kereajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik, dan strategi tempur militer Ustmani berlangsung tanpa halangan. Kerajaan Turki Ustmani mempunyai kekuasaan wilayah yang membentang di sebagian Asia, Afrika Utara dan Eropa. Penaklukan demi penaklukan diraih dengan gemilang. Tentu ini bukan saja mengandalkan keberanian semata tetapi juga membutuhkan organisasi militer yang baik dan strategi peperangan yang jitu.
Keberhasilan tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintah yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas Sulatan-sulatan Turki Ustmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, Sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a’azham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atu al-‘alawiyah (bupati).
Untuk mengatur urusan pemtintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I, disusun sebuah kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Ustmani sampai datangnya reformasi pada abad ke 19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya di tambah gelar al-Qanuni.
2.2.2 Kerajaan Safawiyah
Di bidang politik, keberhasilan menyatukan wilayah-wilayah Persia dibawah satu atap, merupakan kesuksesanya di bidang politik. Betapa tidak, karena sebelumnya wilayah Persia terpecah dalam berbagai dinasti kecil yang bertaburan dimana-mana, sehingga para sejarawan berpendapat bahwa keberhasilan Shafawiyah itu merupakam kebangkitan nasionalisme Persia.
Kerajaan Safawi dapat menguasai daerah yang cukup luas, dan menundukkan kekuatan-kekuatan penguasa daerah Persia yang sebelumnya. Daerah yang dikuasainya membentang dari Jihun sampai teluk Basrah dan dari Eufrat sampai Afganistan. Daerah-daerah ini meliputi Mazandaran, Gurgan, Yazd, Sirvan, Samarkand, Fars, Kirman, Khuzistan, Kurasan, Balkh, Merv, Irak, Azarbaijan, dan Dyar Bakr.
Tentara Shafawi cukup kuat. Hal ini terbukti dari kemampuannya untuk menaklikkan kabilah Uzbek yang dipimpin oleh tokoh politik kawakan al-Syaibani. Lebih dari itu Safawi bisa mengalahkan Turki Usmani pada masa pemerintahan Shah Abbas I yang bergelar Shah Abbas yang agung.
Di antara unsur yang menjadikan kekuatanya politik Shafawi adalah kuatnya pribadi penguasa Safawi, terutama shah Abbas I, yang digambarkan berpandangan tajam, bekal kuat, berkemauan besar, berkeberanian dan semangat yang tinggi tak kenal lelah.
Kondisi Kerajaan Safawi yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Safawi ke lima, Abbas 1 naik tahta(1588-1628). Popularitas Abbas 1 ditopang oleh sikap keagamaannya. Ia terkenal sebagai seorang Syi’ah yang shaleh. Sebagai bukti atas kesalehannya adalah bahwa dia sering berziarah ketempat suci Qum dan Masyhad .
Disamping itu Ia pun melakukan perubahan struktur birokasi dalam lembaga politik keagamaaan. Lembaga sadarat secara berangsur-angsur dagantikan oleh lembaga Ulama yang dipimpin oleh seorang syichul Islam. Dalam tradisi Sunni lembaga tersebut menunjukkan pemisahan struktur kekuasaan politik antara Ulama dan Umara. Abbas1 telah berhasil menciptakan kemajuan pesat dalam bidang keagamaan, yang membuat ideologi Syi’ah semakin dikukuhkan.
Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas l dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:
1. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia,Armenia,dan Sircassia
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakr,Umar, dan Usman) dalam khutbah-khutbah Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat itu, Abbas memyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandra di Istambul.
Semenjak masa Syah Abbas , pedagang-pedagang Armenia dengan bersekutu dengan Inggris ,Prancis, Belanda,dan dengan dukungan dari samg Syah, tengah bersaing dengan pihak Usmani dan Portugis dalam perdagangan barang-barang sutra, karpet wool,kain selendang,dan porselin. Meskipun demikian, pada akhir abad tujuh belas pedagang-pedagang Eropa pada dasarnya telah menguasai perdagangan Iran dan sejimlah keuntungan Ekonomis dari perdagangan dunia agaknya telah lepas dari Iran.
Kunci dari program administrasi dan ekonomi Syah Abbas adalah pembentukan ibukota baru yang besar Isfahan. Isfahan merupakan kota yang sangat penting bagi tujuan politik dan ekonomi bagi negara Iran yang memusat dan bagi legitimasi dinasti Safawiyah. Safawiyah membangun kota baru terdebut mengitari Mydani-Syah,yakni sebuah alun-alun yang besar yang luasnya sekitar 160×500 meter. Alun-alun tersebut berfungsi sebagai pasar tempat perayaan dan sebagai lapangan permainan polo. Ia dikelilingi oleh sederetan toko bertingkat dua, dan sejumlah gedung utama pada setiap sisinya. Pada sisi bagian timur terdapat Masjid Saikh Lutfallah, yang mulai dibangun pada 1603 M dan selesai pada 1618 M, merupakan sebuah oratorium yang disediakan sebagai tempat peristirahatan pribadi Syah.
Sejumlah bazar di Isfahan sangat penting kedudukannya bagi perokonomian negara, sebab ia nerupakan pusat produksi dan kegiatan pemasaran dan mereka berada didalam pengawasan petugas perpajakan negara. Ibukota tersebut juga sama pentingnya bagi vitalitas Islam-Iran. Pada tahun 1666M , menurut keterangan seorang pengujung bangsa Eropa, Isfahan memiliki 162 masjid, 48 perguruan, dan 273 tempat pemandian umum, yang hampir seluruhnya dibangun oleh Abbas I dan penggantinya Abbas II (1642-1666 M).
2.2.3 Kerajaan Mugholiyah
Yang unik dari pemerintahan Akbar adalah pandangan Sosio-politiknya yang dinamakna Sulakhul (Toleransi Universal), yang memandang sama seluruh rakyat, dan tidak dibedakan karena perbedaan etnis danagama. Ia pun mengajarkanpaham Din Ilahi (Agama Tuhan), suatu paham universal tentang agama.
Humayun memerintah dari tahun (1530-1550 M) dengan langkah pertama yang diambilnya adalah melakuakan ekspedisi militer ke benteng Kalanjar di Bundel Khand yang di perintah oleh raja Hindu yang lebih pro ke Afghanistan. Walaupun demikian, ekspansinya tidak memperluas kekuasannya, karena banyak daerah yangmelakukan pemberontakan dan melepaskan diri, hal ini kemungkinan besar di sebabakan oleh dirinya sendiri tidak memiliki kebijaksanaan politik dan ketrampilan dipromatik, juga tidak memiliki tekad dan keuletan.
Pada masa PemetintahanAkbar, banyak daerah yang berhasil dikuasainya diantaranya yaitu Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Nurhala, Ahmadnagar, dan Asirgagh. Wilyah yang luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan yang militeristik.
Dalam pemerintahan yang militeristik tersebut, Sultan adalah penguasa dictator, pemerintahan daerah dipegang olehseorang sipah salar (kepala komandan). sedang subdistrik dipegang oleh fuidar (komandan). Jabatan- jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran . pejabat-pejabat itu memang harusn diharuskan mengikuti latihan kemiliteran.
Sultan Akbar Khan setelah ia berhasil mengkonsolidasikan wilayah-wilayah kekuasaan ayahnya, ia juga memulai kespansinya, yang akhirnya dapat menaklukan daerah Guwalior, Ajmur dan Jumunpur. Selanutnya ia menaklukan derah-daerah, diantarannya Malwa, Chitor, Gujarat, Bengala, Kabul, Kashmir, dan lain-lain. Pada masa akhir pemerintahan Akbar ada sejumlah bangsawan yang telah membentuk sebuah persengkokolan untuk menentangpenobatannya dan penaklukan benteng Kangra, yang terletak di bukit sebelah timur laut Punjab. Pada masa pemerintahan Syek Jehan, ia tidak dapat memperluas kekuasannya, bahkansemakin berkurang wilayah kekuasanya dengna jatuhnya Kandahar tersebut, dikarenakan adanya peperangan yang cukup lama sehingga Mughal kehilangan Kandahar yang jatuh ke tangan persia. Pada masa Sultan Aurangzeb (1658-1707 M), seorang raja yang merupakan pendekar agama yang fanatik, terkenal sangant kuat akan kegamaannya dengna berpaham sunni. Masa pemerintahannya (1681M) ia mencurahkan perhatiannya pada bagian barat laut dengan menguasai sebagaian besar Afghanistan. Selanjtnya ia melakukan ekspansi dan berhasil menguasai beberapa wilayah, yaitu Bizapur, Golkanda, dan Maratha. Wilayahnya terbentang dari kabul hingga Chitagon dan dari Kashmir hingga Kaveri. Dan kerajaan Mughal pada masanya ini mempunyai wilayah yang lebih luas dari wilayah kekuasaannya Sultan Akbar Khan.
Akbar juga menerapkan apa yang dinamakan dengan politik Sulakhul (Toleransi Universal), yang memandang sama seluruh rakyat, dan tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Ia pun mengajarkan paham Din Ilahi (Agama Tuhan), suatu paham universal tentang agama.
Kemajuan stabilitas politik karena system pemerintahan yang diterapkan Akbar membawa kemajuan dalam bidang-bidang yang lain. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan dan perdagangan. Akan tetapi sumber keuangan Negara lebih banyak bertumpu pada sector pertanian. Disektor pertanian ini komunikasi antara pemerintahan dan petani diatur dengan baik. Pengaturan itu dodasarkan berdasarkan lahan pertanian. Deh, merupakan unit lahan pertanian terkecil. Beberapa deh tergabung dalam pargana (desa). Komunikasi petani dipimpin oleh Mukaddam. Melalui para mukaddam itulah pemerinyah berhubungan dengan petani.
2.3 Fenomena keagamaan dan keilmuan di Tiga Kerajaan Besar
2.3.1 Kerajaan Turki Ustmaniya
Agama dalam tradisi masyarakat Turki Ustmani mempunyai peranan yang sangatbesar. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat, sehingga fatwa ulama menjadi hokum yang berlaku. Pada masa Turki Ustmani tarekat yang paling berkembang ialah Tarekat Bektasyi dan Tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara Jenissari sehingga mereka sering disebut Tentara Bektasyi,smentara Tarekat Maulawi mendapat dukunagan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi. Kajian-kajian ilmu keagamaan seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir, dan hadist boleh di katakana tidak mengalami perkembangan yang berareti, karena Turki Ustmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran.
Pada kenyataan, bangsa Turki menganut agama islam, tetapi meskipun begitu islamisasi masih berjalan dengan bertahap dan berbeda cara pada setiap suku. Pada waktu itu setiap ada orang arab lewat yang melintasi sungai Oksus (Amu Darma).
Pemimpin turki usmani, menggunakan dua gelar sekaligus yaitu sultan dan kholifah. Kekholifahannya mereka tersebut dikenal sebagai simbol duniawi dan dan simbol spiritual (Agama). Dan pada masa itu pula meraka banyak menghasilkan sejumlah karya, diantaranya:
1. Mustaf Ali(1541-1599 M), Ahi sejarah. Diantara karyanya adalah: Kunh al-Akhbar.
2. Evliya Chelebi (1614-1682 M), Ahli ilmu sosial. Diantara karyanya adalah : Seyabat Name.
3. Arifi (1561 M), sejarawan istana. Diantara karyanya adalah shah-name-I-Al-I.
Selain peninggalan-peninggalan sejarah di atas, Turki Usmani juga meninggalkan sejumlah bangunan yang memperlihatkan kaunggulan penguasaan teknologi pada zaman itu. Diantaranya bangunan-bangunan tersebut yaitu Masjid Aya Sopia, Masjid Agung sultan Muhammad Al-fatih, , Masjid Abu Ayub al-Anshari, , Masjid Bayazid, dan Masjid Sulaiman al-Qonani dan juga “Kubah Batu” (ciri gereja kristen) merupakan bangunan berarsitektur tinggi yang menggambarkan persaingan antar islam dan kristen.
Pada masa sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan,saluran air, vila, dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun dibawah koordinator sinan, seorang arsitektur asal Anatolia.
2.3.2 Kerajaan Safawiyah
Pada kerajaan Safawi, gerakan bersifat sufistik yaitu gerakan tarekat yang didirikan oleh Safi Al-Din setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf safawiyah bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “ahli-ahli bidah”. Tarekat yang dipimpin Safi Al-Din ini semakin penting terutama setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria, dan Anatolia. Di negeri-negri di luar Ardabil SafiAl-Din menempatkan seorang wakil yang memimpin murd-muridnya. Wakil itu diberi gelar “khalifah”.
Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang beradaban tingi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tida mengherankan apabila pada masa kerajaan Safawi tradisi keilmuan terus berlanjut.
Gerakan tarekat pada masa ini tidak hanya berfikir dalam bidang keagamaan, namun juga bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan. Ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di majelis istana, yaitu Baha al-Din Al-Syaerazi, generalisasi ilmu pengetahuan, Sadar Al-Din Al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof ahli sejarah,teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah.
2.3.3 Kerajaan Mugholiyah
Pada kerajaan Mughal, ilmu pengetahuan yang berkembang adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan erat dengan aqidah dan syariah yang pada umumnya hanya memberi uraian-uraian dan tambahan penjelasan terhadap kitab-kitab yang dikarangpada masa-masa sebelumnya selain itu juga berkembang pula ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bahasa dan juga kehidupan seni budaya. Dalam bidang sastra, penyair yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sufi yang menghasilkan karya besar yang berjudul Padmavat,sebuah karya alegoris yang mengundang pesan kebajikan bagi manusia. Sejarawan istana yang muncul pada masa pemerintahan Aurangzeb bernama Abdul Fadl yang mengarang kitab Akhbar Nama dan Aini Akhbari yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figur pemimpinya.
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syeh Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore.
Sebuah sistem baru yang disusun Akbar mengenai kebijakan keagamaan dan kultural adalah menarik simpati ulama` Muslim dengan menghibahkan sejumlah madrasah dan perpustakaan. Di samping itu, ia mendukung terekat Chistiyah yang mentolerir beberapa bentuk sintesa antara Hinduisme dan Islam dan melancarkan sebuah bentuk pemujaan yang dinamakan Din Illahi, atau agama ketuhanan. Salah satu karya Abul Fazl ‘Allami yang berjudul “Akbar Name”, merupakan ekspresi terbaik tentang kehebatan pemerintahannya. Sebagian isi dari buku itu menyatakan bahwa penguasa dipandang sebagai seorang raja filosof, pelindung rakyatnya tanpa memandang agama mereka, dan sebagai pembimbing spiritual yang membawakan perdamain, serta menyebarkan bentuk-bentuk kebajikan di seluruh penjuru wilayahnya (Lapidus, 1999: 701).
Pada periode ini, sebagian besar ilmuan Muslim mengabdikan diri kepada negara secara suka rela. Tidak jauh berbeda dengan kerajaan Delhi, imperium Mughal mengembangkan sistem administrasi keagamaan biokratik kesultanan. Kekuasaan peradilan sepenuhnya diserahkan kepada qadhi. Sadr propensial mengepalai para hakim, muhtasib, muballigh, imam shalat, mu`azzin, dan administrator keuangan tingkat lokal. Ia juga bertanggung jawab atas pengangkatan mufti dan atas hubungan antara pemerintah dan ulama.
Pemerintah menyediakan subsidi untuk para ulama dan terkadang memberi kepada masyarakat miskin dengan menghadiahkan kekayaan tanah, tanah wakaf disumbangkan untuk menambah pendapatan bagi tempat-tempat keramat, makam dan madrasah. Pemerintah juga seringkali memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh agama dan mengeluarkan belanja dari dana bantuan shadaqah. Sadr bertangung jawab terhadap kegiatan darma dan pemberian makan orang miskin.

2.4 Keruntuhan Tiga Kerajaan Besar
2.4.1 Kerajaan Ustmaniyah
Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Turki Usmani Secara garis besar kemunduran Usmani mulai terasa sejak pemerintahan Sultan Salim II yang menggantikan Sultan Sulaiman Al Qanuni pada 1566-1574 M. Di lihat dari faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Turki Usmani yang secara perlahan selama tiga abad dapat dilihat melalui beberapa faktor.Diantaranya melemahnya semangat Yenisari sehingga menyebabkan berbagai wilayah lepas dari kekuasaan Turki Usmani, hal ini sudah mulai menunjukkan tanda-tandanya yaitu saat kekuasaan Salim II, dimana ia menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan armada Spanyol, bandulia, dan armada sri paus di tahun 1663 M.
Pasukan Usmani juga mengalami kekalahan dalam pertempuran di Hungaria di tahun 1676 M. Pada 1669 M, Turki Usmani mengalami kekalahan di Mohakez sehingga terpaksa menandatangani perjanjian Karlowitz yang isinya kerajaan Usmani harus menyerahkan seluruh wilayah hungaria dan pada 1770 M pasukan Rusia mengalahkan pasukan Usmani di asia kecil.
Luasnya wilayah dan buruknya sistem pemerintahan pasca sulaiman Al qanuni juga membuat hilangnya keadilan, dan merajalelanya korupsi dikalangan istana. Heterogenitas penduduk menyebabkan kurangnya semangat persatuan. Terlebih Usmani merupakan kerajaan ayng coraknya militer. Padahal militerisme diakui sangat sulit untuk membentuk suatu persatuan.Sangat disayangkan pula bila kehidupan istana jauh dari nilai-nilai keislaman, justru sikap bermegah-megahan dan istimewa serta memboroskan uang terjadi pula di kerajaan turki Usmani.
Hal ini setidaknya terjadi akibat pengaruh kehidupan barat yang masuk ke istana. Terlebih pemborosan harta ini terjadi saat perekonomian mulai mengalami kemerosotan yang sangat tajam, apalagi untuk pembiayaan angkatan perang yang diharapkan mampu meraih ghanimah malah mengalami kekalahan yang berturut-turut.Kemuduran di kalangan istana ini, diambil kesempatan oleh wilayah-wilayah turki dalam upaya memerdekakan diri. Terlebih setelah munculnya semangat nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada usmani, mulai menyadari akan kelemahan kerajaan tersebut.
Maka walaupun kerajaan usmani memperlakukan mereka sebaik mungkin, namun dalam benak mereka tetap saja bila Usmani adalah penjajah yang datang menyerbu dan menguasai wilayah mereka. Dimulailah usaha untuk melepaskan diri dari pemerintahan Usmani, di Mesir misalnya, Yenisari justru bekerjasama dengan dinasti mamalik dan akhirnya berhasil merebut kembali wilayah mesir pada 1772 M hingga kedatangan Napoleon pada 1789 M.
Lalu ada gerakan wahabisme di tanah arab yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul wahab yang bekerjasama dengan keluarga Saud, dan akhirnya berhasil memukul mundur kekuasaan Turki dengan bantuan tetara Inggris dari jazirah Arab. Keluarga saud sendiri memproklamirkan sebagai penguasa arab maka wilayah jazirah arab selanjutnya dinamakan Saudi Arabia.
Kemajuan teknologi barat juga tidak bisa dilepaskan sebagai salah satu faktor penentu kehancuran wilayah turki usmani, dimana sistem kemiliteran bangsa barat selangkah lebih maju dibandingkan dengan kerajaan turki usmani. Oleh karena itu saat terjadi kontak senjata maupun peperangan yang terjadi belakangan, tentara turki selalu mengalami kekalahan. Terlebih Turki Usmani sangat tidak mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan, maka otomatis peralatan perangnya pun semakin ketinggalan jaman. Saat Turki Usmani mulai berbenah, sudah terlambat karena wilayahnya sedikit demi sedikit mulai menyusut karena melepaskan diri dan sulit untuk menyatukannya kembali.
Akhirnya pada 1924 M, Kemal Attaturk memaksa Sultan Hamid II untuk menyerahkan kekuasaan Turki Usmani setelah kemal melakukan gerakan pembaharuan melalui Turki Mudanya, dan penyerahan kekuasaan ini menjadikan Turki Usmani telah berakhir riwayatnya dan kemudian digantikan oelh Republik Turki yang sekuler. Kehancuran Kerajaan Turki Usmani ini, membuat bangsa-bangsa eropa semakin mudah menguasai dan menjajah wilayah-wilayah ynag dulu diduduki oleh Usmani yang mayoritas muslim. Maka sejak itulah umat islam berada dalam situasi dijajah oleh bangsa non muslim. Sungguh ironis karena ini lebih baik oleh bangsa turki karena bagaimanapun juga Turki Usmani adalah muslim.
2.4.2 Kerajaan Safawiyah
Banyak faktor yang mewarnai kemunduran kerajaan safawi, diantaranya dari perebutan kekuasaan dikalangan keluarga kerajaan. Diakui bahwa Syah-syah yang menggantikan Abbas I sangat lemah.Safi Mirza merupakan pemimpin yang lemah dan kelemahan ini dilengkapinya oleh kekejaman yang luar biasa terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifatnya yang pecemburu.
Pada masa pemerintahan Mirza inilah kota Qandahar lepas dari penguasaan Safawi karena direbut oleh kerajaan Mughal yang pada saat itu dipimpin oleh Syah Jehan. Baghdad sendiri direbut oleh Kerajaan Usmani.Abaas II konon seorang raja pemabuk, akan tetapi di tangannya kota Qandahar bisa direbut kembali. Kebiasaan mabuk inilah yang menamatkan riwayatnya. Demikian halnya dengan sulaiman, ia seorang pemabuk dan selalu bertindak kejam terhadap pembesar istana yang dicurigainya.
Selama tujuh tahun ia tak pernah memerintah kerajaan. Diyakini, konflik dengan turki Usmani adalah sebab pertama yang menjadikan Safawi mengalami kemunduran. Terlebih Turki Usmani merupakan kerajaan yang lebih kuat dan besar daripada Safawi. Hakikatnya ketegangan ini disebabkan oleh konflik Sunni-Syi’ah.Syah Husain adalah raja yang alim akan tetapi kealiman Husain adalah suatu kefanatikan tehadap Syi’ah. Karena dia lah ulama syi’ah berani memaksakan pendiriannya terhadap golongan sunni. Inilah yang menyebabkan timbulnya kemarahan golongan sunni di afganistan. Dan pemberontakan inilah yang mengakhiri kisah kerajaan safawi. Pemberontakan bangsa afgan dimulai pada 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar.
Lalu disusul oleh pemberontakan suku Ardabil di Herat yang berhasil menduduki Mashad. Mir Vays digantikan oleh Mir Mahmud sebagai penguasa Qandahar. Di bawahnyalah, keberhasilan menyatukan suku afgan dengan suku ardabil. Dengan kekuatan yang semakin besar, Mahmud semakin terdorong untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan merebut wilayah afgan dari tangan safawi.
Bahkan ia melakukan penyerangan terhadap Persia untuk menguasai wilayah tersebut. Penyerangan demi penyerangan ini memaksa Husain untuk mengakui kekuasaan Mahmud. Oleh Husain, Mahmud diangkat menajdi gubernur di Qandahar dengan gelar husain Quli Khan yang berarti Budak Husain. Dengan pengakuan ini semakin mudah bagi Mahmud untuk menjalankan siasatnya. Pada 1721 M ia berhasil merebut Kirman.
Lalu menyerang Isfahan, mengepung ibu kota safawi itu selama enam bulan dan memaksa Husain menyerah tanpa syarat. Pada 12 oktober 1722 M Syah Husain menyerah dan 25 oktober menjadi hari pertama Mahmud memasuki kota Isfahan dengan kemenangan.Tak menerima semua ini, Tahmasp II yang merupakan salah seorang putra Husain dengan dukungan penuh suku Qazar dari rusia, memproklamirkan diri sebagai penguasa Persia dengan ibu kota di Astarabad. Pada 1726 M, Tahmasp bekerja sama dengan Nadir khan dari suku afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa afgan yang menduduki Isfahan.Asyraf sebagai pengganti Mir Mahmud berhasil dikalahkan pada 1729 M, bahkan Asyraf terbunuh dalam pertempuran tersebut. Dengan kematian Asyraf, maka dinasti Safawi berkuasa lagi.
Pada Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III yang merupakan putra Tahmasp II, padahal usianya masih sangat muda. Ternyata ini adalah strategi politik Nadir Khan karena pada tanggal 8 maret 1736, dia menyatakan dirinya sebagai penguasa persia dari abbas III. Maka berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia. Kehancuran safawi juga dikarenakan lemahnya pasukan Ghulam yang diandalkan oleh safawi pasca penggantian tentara Qizilbash. Hal ini karena pasukan Ghulam tidak dilatih secara penuh dalam memahami seni militer. Sementara sisa-sisa pasukan qizilbash tidak memiliki mental yang kuat dibandingkan dengan para pendahulu mereka. Sehingga membuat pertahanan militer Safawi sangat lemah dan mudah diserang oleh lawan,selain itu juga sering terjadinya konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
2.4.3 Kerajaan Mugholiyah
Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Mughal di India Sepeninggalan Aurangzeb pada 1707 M, kesultanan mughal mulai menunjukkan tanda-tanda kemunduran karena generasi pemimpin selanjutanya sangat lemah. Kemunduran ini ditandai dengan konflik dikalangan keluarga kerajaan, yang intinya adalah saling berebut kekuasaan. Keturunan Babur hampir semuanya memiliki watak yang keras dan ambisius, sebagaimana nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga memiliki sifat demikian.
Ketika Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat tentangan dari saudaranya, Khusraw yang juga ingin tampil sebagai penguasa Mughal. Lalu saat Syah Jihan menggantikan Jehangir, giliran ibu tiri beliau yang menentang karena ingin anaknya yaitu Khurram , menggantikan Jehangir. Begitu pun saat Syah Jihan mulai mendekati ajalnya, anak-anak Syah Jihan diantaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shujah, dan Murad Bakhs saling berebut kekuasaan hingga menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan. Faktor lainnya yang sangat berpengaruh adalah serangan dari kerajaan atau kekuatan luar. Serangan ini mulanya dilakukan oleh kerajaan Safawi di persia yang memperebutkan wilayah Qandahar. Pada 1622 m, daerah ini berhasil dikuasai oleh Safawi.
Pada 1739 M, Nadir Syah dari Safawi menyerbu Mughal dengan alasan bahwa Mughal tidak mau menerima duta bangsa yang dikirim olehnya. Lalu disusul ketegangan dengan Afganistan pada masa pemerintahan Muhammad Syah, kerajaan Mughal mendapat serangan dari suku afgan yang dipimpin oleh Ahmad Syah. Pada 1748 ahmad Syah berhasil menguasai Lahore.Pemberontakan Hindu juga turut memperkeruh suasana. Hindu yang merupakan mayoritas di sana, tidak senang menjadi warga kelas dua dibandingkan islam yang menjadi warga kelas satu padahal jumlahnya minoritas.
Hal ini menimbulkan banyak sekali pemberontakan yang membuat repot kerajaan Mughal terlebih disaat yang hampir bersamaan muncul pula tekanan dari Inggris.Keruntuhan Mughal juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, dimana kemunduran politik negeri ini sangat menguntungkan bangsa-bangsa barat untuk menguasai jalur perdagangan. Persaingan diantara mereka akhirnya dimenangi oleh Inggris yang kemudian untuk memperkuat pengaruhnya, mendirikan EIC (East India Company). Dengan mendatangkan pasukan kerajaan inggris untuk mengamankan dan mestabilkan wilayahnya. Menyadari kekuatan Mughal semakin menurun, maka Syah Alam membuat perjanjian dengan Inggris, dimana ia menyerahkan Oudh, Bengal dan Orisa kepada inggris.
Monopoli Inggris yang sangat otoriter dan cenderung keras, membuat rakyat Mughal yang muslim maupun Hindu, bersama-sama mengadakan pemberontakan. Akan tetapi dapat dikalahkan walaupun dalam serangan itu, pasukan Hindu yang memulainya, akan tetapi Inggris melihat umat islam dan Bahadur Syah II, ikut campur dalam penyerangan itu. Maka sebagai hukumannya, inggris memporak-porandakan wilayah Mughal dengan kekuatan senjatanya yang selangkah lebih maju dibandingkan pasukan Mughal dan Hindu. Masjid dan Candi menjadi sasaran penghancuran. Bahdaur sendiri di usir dari istana pada 1858 M. maka sejak saat itu berakhirlah kekuasaan kerajaan Mughal di India dan digantikan oleh imperialisme Inggris.














BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah dijelaskan di depan, maka dapat ditarik kesimpulan:
3.1.1 Kerajaan Turki Ustmaniyah
a. Turki Utsmaniyah didirikan oleh suku bangsa pengembara, berasal dari wilayah Asia Tengah, Sulaiman Syah
b. Kerajaan Shafawi berdiri secara resmi di Persia pada tahun (1501 M/907 H), Syah Ismail yang memproklamsikan dirinya sebagai raja atau Syah di Tabriz.
c. Kerajaan Mughal berdiri seperampat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagi ibu kota, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Pada mulanya, ia mengalami kekalahan tetapi mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan samarkand tahun 1494 M. pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan.
3.1.2 Kerajaaan Safawiyah
a. Kerajaan Turki Ustmaniyah mempunyai kemiliteran yang sangat baik dengan pengorganisasian yang baik sertan taktik, dan strategi tempur militer Ustmani berlangsung tanpa halangan sehinggab Kerajaan Turki Ustmani mempunyai kekuasaan wilayah yang membentang di sebagian Asia, Afrika Utara dan Eropa.
b. Kerajaan Safawi berhasil menyatukan wilayah-wilayah Persia dibawah satu atap, merupakan kesuksesanya di bidang politik dan Kerajaan Safawi dapat menguasai daerah yang cukup luas, dan menundukkan kekuatan-kekuatan penguasa daerah Persia yang sebelumnya. Daerah yang dikuasainya membentang dari Jihun sampai teluk Basrah dan dari Eufrat sampai Afganistan.
c. Ilmu pengetahuan yang berkembang adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan erat dengan aqidah dan syariah yang pada umumnya hanya memberi uraian-uraian dan tambahan penjelasan terhadap kitab-kitab yang dikarang pada masa-masa sebelumnya selain itu juga berkembang pula ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bahasa dan juga kehidupan seni budaya. Dalam bidang sastra, penyair yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sufi. Sejarawan istana yang muncul pada masa pemerintahan Aurangzeb bernama Abdul Fadl yang mengarang kitab Akhbar Nama dan Aini Akhbari.

3.1.3 Kerajaan Mugholiyah
a. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat, sehingga fatwa ulama menjadi hokum yang berlaku.
b. Pada kerajaan Safawi, gerakan bersifat sufistik yaitu gerakan tarekat. Gerakan tarekat pada masa ini tidak hanya berfikir dalam bidang keagamaan, namun juga bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan.
c. Pada kerajaan Mughal, ilmu pengetahuan yang berkembang adalah ilmpu pengetahuan yang berhubungan erat dengan aqidah dan syariah.

3.2 Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran
a. Faktor-faktor yang menyebabakan kemunduran kerajaan Turki Ustmani antara lain:
• Melemahnya semangat Yenisari sehingga menyebabkan berbagai wilayah lepas dari kekuasaan Turki Usmani,
• Heterogenitas penduduk menyebabkan kurangnya semangat persatuan.
• Kemajuan teknologi barat.
b. Faktor-faktor yang menyebabakan kemunduran kerajaan Safawi antar lain:
• Perebutan kekuasaan dikalangan keluarga kerajaan.
• Konflik dengan Turki Usmani.
c. Faktor-faktor yang menyebabakan kemunduran kerajaan Mughal antara lain:
• Konflik dikalangan keluarga kerajaan, yang intinya adalah saling berebut kekuasaan.
• Serangan dari kerajaan atau kekuatan luar. Serangan ini mulanya dilakukan oleh kerajaan Safawi di persia yang memperebutkan wilayah Qandahar.
• Keruntuhan Mughal juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, dimana kemunduran politik negeri ini sangat menguntungkan bangsa-bangsa barat untuk menguasai jalur perdagangan.



3.2 Saran
Akhir kata tak ada yang pantas terucap selain mengucapkan syukur kepada Alloh SWT atas terselesaianya makalah ini yang mungkin bagi pembaca kurang sempurna karena kami juga manusia biasa yang penuh dengan salah dan lupa.


DAFTAR PUSTAKA

 Ali,Syed Amir. 1978.The Spirit of Islam.New Dewlhi: Idarrat al-Arabiyah
 Allouche.1985.The Origins and development of the Ottoman-Safavid Conflict.Michigan: University Microfilms International
 Hassan, Ibrahim Hassan.1989.Sejarah dan Kebudayaan Islam.Yogyakarta: Kota Kembang
 Mughni,Syafiq A.1997.Sejarah Kebudayaan Islam di Turki.Jkarta:Logos
 Philip K. Hitti.1970. Hisory of the Arabs.London: Macmillan Press
 P.M. Holt, dkk.1970.The Cambridge History of Islam.London: Cambridge University Press
 Suwito.2005.Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Turki.Jakarta:Kencana
 Syalabi, Ahmad .1988.Sejarah dan Kebudayaan Islam: Imerium Turki Utsmani.Jakarta: Kalam Mulia
 Thohir,Ajid.2004.Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
 Toprak,Binnaz.1981. Islam and Political Development in Turkey.Leiden:E.J.Brill
 Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: PT Grafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar