BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blitar adalah kota kecil di Jawa Timur 60 km sebelah barat kota Malang dan 40 km sebelah timur kota Kediri 30 km sebelah utara Tulungagung. Kota yang tidak terlalu popular, kecuali sebagai Makam Proklamator “Soekarno” dan Gunung KELUD nya mungkin sedikit terkenal dengan “pecel blitar” nya. Kota Blitar punya banyak sebutan sebutan. Ia terkenal sebagai Kota Patria , Kota Lahar, dan Kota Proklamator. Selain itu kota blita juga di juluki dengan Kotaparaja Blitar yang sudah memiliki lambang daerah sendiri. Lambang itu bergambar sebuah gunung dan Candi Penataran, dengan latar belakang gambar berwarna kuning kecoklatan di belakang gambar gunung –yang diyakini menggambarkan Gunung Kelud dan berwarna biru di belakang gambar Candi Penataran. Alasan yang mendasarinya adalah Blitar selama ini identik dengan Candi Penataran dan Gunung Kelud. Sehingga, tanpa melihat kondisi geografis, lambang Kotapraja Blitar pun mengikuti identitas itu. Sedangkan, makna dari pewarnaan itu, lebih-kurang adalah: adanya loyalitas yang luhur atau murni kepada kepemerintahan Hindia-Belanda. Namun, sejumlah produk hukum pemerintah kolonial Belanda itu, tidak menyurutkan rakyat Kota Blitar untuk membebaskan diri dari penjajahan. Sejumlah perlawanan-perlawanan untuk memerdekakan diri, terus berlangsung.Kota ini secara legal-formal berdiri pada 1 April 1906. Di kota ini pulalah disemayamkan Bung Karno, Sang Proklamator, Presiden Pertama RI sekaligus pemikir besar dunia.
Sejarah besar Indonesia lainnya juga tercatat di kota ini. Sebelum dicetuskannya proklamasi, tempat ini telah menyerukan kemerdekaan Indonesia yang diikuti dengan pengibaran Sang Merah Putih yang akhirnya berujung pada Pemberontakan PETA oleh Sudanco Supriyadi. Bahkan di salah satu sudut kota ini yakni Candi Penataran, konon merupakan lokasi di mana Mahapatih Gadjahmada yang tersohor menggaungkan Sumpah Palapa yang menjadi cikal bakal penting berdirinya negara Indonesia pada masa-masa setelahnya.
Di luar nilai historis yang tak perlu diragukan lagi, yaitu bahwa Blitar ternyata juga memiliki ragam budaya unik mulai dari kuliner hingga kerajinan tangannya. wisata kuliner semua ada. Kalau wisata belanja (shoping) memang bukan di kota Blitar tempatnya, kecuali mau beli jajan pasar seperti tiwul, sompil, kicak, gatot, lopis, gethuk, ketan, jenang grendul, jenang sumsum, cenil, sawut, wajik, jadah, dll. di Blitar tempatnya. Dalam tulisan singakat ini akan diuraikan lebih rinci lagi mengenai beberapa wisata budaya kota Blitar beserta budaya-budaya unik yang ada di Blitar.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa saja wisata budaya yang ada di Kota Blitar?
2. Apa saja ragam budaya unik khas Blitar?
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui macam-macam wiasata budaya yang ada di Blitar.
2. Untuk mengetahui ragam budaya unik khas Blitar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Wisata Budaya Blitar
Kota Blitar juga dikenal dengan sebutan Kota Patria , Kota Lahar dan Kota Proklamator secara legal-formal didirikan pada tanggal 1 April 1906. Dalam perkembangannya kemudian momentum tersebut ditetapkan sebagai Hari Jadi kota Blitar. Walaupun status pemerintahannya adalah Pemerintah Kota, tidak serta-merta menjadikan mekanisme kehidupan masyarakatnya seperti yang terjadi dikota -kota besar. Memang ukurannya pun tidak mencerminkan sebuah kota yang cukup luas. Level yang dicapai kota Blitar adalah sebuah kota yang masih tergolong antara klasif ikasi kota kecil dan kota besar. Secara faktual sudah bukan kota kecil lagi, tetapi juga belum menjadi kota besar.
Kota Blitar memiliki banyak Potensi Wisata budaya di dalamnya. Dikatakan sebagai wiata budaya karena di dalamnya terdapat tempat-tempat wisata yang masih berkaitan dengan kebudayaan. seperti Makam Pahlawan Ir. Soekarno, perpustakaan Bung Karni,Water Park Sumber Udel, Kebon Rojo, PIPP, Makam Ariyo Blitar, Monumen Blitar dan Ndalem Gebang.
2.1.1 Makam Ir.Soekarno
Makam Bung Karno, merupakan Makam Presiden Pertama Indonesia yang terletak di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. awa Timur. Makam Bung Karno, didampingi pada kiri kanan oleh Makam Ayahanda “ R. Soekani Sosrodiharjo” dan makam Ibunda “Ida Aju Njoman Rai”.
Memasuki Makam ini dimulai dari sebuah gapura Agung yang menghadap ke selatan. Bangunan utama disebut dengan Cungkup Makam Bung Karno. Cungkup Makam Bung Karno berbentuk bangunan Joglo, yakni bentuk seni bangunan jawa yang sudah dikenal sejak dahulu. Cungkup Makam Bung Karno diberi nama Astono Mulyo. Diatas Makam diletakkan sebuah batu pualam hitam bertuliskan : "Disini dimakamkan Bung Karno Proklamator Kemerdekaan Dan Presiden Pertama Republik Indonesia. Penyambung Lidah Rakyat Indonesia."
Kawasan wisata ini terdiri dari beberapa lokasi antara lain: 1) lokasi Perpustakaan Bung Karno yang merupakan Perpustakaan Riwayat Perjuangan Bung Karno dan sekaligus sebagai pusat studi terpadu; 2) lokasi Musium Bung Karno yang banyak menyimpan barang-barang yang berkaitan dengan Bung Karno, lukisan-lukisan Bung Karno (seperti lukisan Bung Karno yang bisa berdetak dengan sendirinya), dan beberapa koleksi mata uang Indonesia kuno (beberapa koleksi uang kertas Bung Karno mampu menggulung dengan sendirinya); 3) lokasi Lapangan Teater yang kerap digunakan untuk berbagai pementasan seni budaya dan pagelaran layar lebar; 4) lokasi Makam Bung karno itu sendiri; dan 5) lokasi penjualan barang-barang khas Bung Karno (Pasar Murah) yang menjual berbagai assesoris dan baju dengan tema Bung Karno serta juga menjual beberapa barang kesenian khas Blitar.
Kawasan wisata ini setiap harinya ramai dikunjungi oleh wisatawan asing maupun domestik. Ada yang sekedar jalan-jalan dan ada pula yang melakukan ziarah makam.
2.1.2 Perpustakaan Proklamator Bung Karno
Perpustakaan bertaraf internasional ini terletak di sebelah selatan manyatu dengan kompleks Makam Bung Karno yaitu di Jalan Kalasan no. 1 Blitar. Perpustakaan Proklamator BK dikelola oleh Perpustakaan Nasional RI melalui UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno (PPBK) di Kota Blitar. Di samping bangunan perpustakaan, PPBK ini diisi dengan 2 karya seni yang berupa patung Bung Karno yang terletak di tengah gedung A lantai 1, serta dinding relief berisi perjalanan hidup Bung Karno yang membentang di pinggir kolam dari arah perpustakaan kea rah makam.
Relief yang ada di dinding tersebut menceritakan tentang Bung Karno di masa muda, di masa perjuangan, serta di masa tuanya. Dengan adanya Perpustakaan Proklamator Bungkarno di kota Blitar ini merupakan icon yang sangat strategis, selain menambah sumberdaya yang ada di Kota Blitar juga strategis dalam rangka mewujudkan nation dan building Indonesia. Fungsi Perpustakaan Proklamator Bung Karno sebagai pusat study nantinya akan memberikan sumbangan pada pembangunan manusia Indonesia dengan kontribusi berupa “wisdom of the fast” yang di gali dari gagasan Bung Karno dari hasil kajian pada umumnya.
2.1.3 Sumber Udel
Taman Air Sumberudel berlokasi di Jl Kali Brantas, Kelurahan Bendo, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar. Taman Air Sumberudel yang diresmikan kembali oleh Walikota Blitar pada tanggal 10 Oktober 2007 ini telah direnovasi selama kurang lebih satu setengah tahun. Dahulu Taman Air ini lebih populer disebut dengan sebutan Pemandian Tirtajati.
Pemandian Sumber Udel mempunyai standart Nasional karena mempunyai 2 (dua) jenis kolam renang, yaitu kolam renang untuk anak-anak dan kolam renang untuk orang dewasa. Kolam renang "Sumber Udel" ini juga mempunyai beberapa fasilitas, antara lain :
- Tempat mainan anak-anak
- Panggung gembira dengan tampilan kesenian Khas Blitar setiap bulan
- Pesewaan dan penitipan alat-alat renang.
2.1.4 Kebon Rojo
Kebun Rojo Merupakan taman hiburan dan rekreasi keluarga yang berada dikompleks Rumah Dinas Walikota Blitar yang disediakan untuk masyarakat umum/ wisatawan secara gratis. Ditaman tersebut terdapat beberapa jenis hewan yang sengaja dipelihara didalam satu kawasan khusus seperti rusa, monyet dan burung Merak.
Ditempat ini juga tersedia fasilitas bermain anak, tempat bersantai, patung hewan dan ornamen-ornamen yang melekat pada areal panggung apresiasi untuk para seniman dengan latar belakang tugu peringatan Satu Abad Bung Karno. Ditengah –tengah kawasan Kebon Rojo terdapat air mancur dan berbagai jenis tanaman langka yang berfungsi sebagai paru-paru kota.
2.1.5 PIPP
Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) Kota Blitar merupakan sentral layanan informasi dan komunikasi bagi para pelaku ekonomi, khususnya pelaku perdagangan dan layanan informasi tentang priwisata.
Saat ini PIPP Kota Blitar dikelola dan dipublikasikan melalui UPTD Pusat Informasi Pariwisata dan perdagangan Kota Blitar yang merupakan lembaga teknis dibawah naungan Dinas Informasi, Komunikasi dan Pariwisata Daerah Kota Blitar. Didalam eksistensi dan pengembangannya, PIPP Kota Blitar menjadi sarana publikasi pariwisata dan potensi daerah secara bersama – sama antara Kota Blitar beserta daerah sekitarnya.
2.1.6 Makam Ariyo Blitar
Makam Adipati Arya Blitar terletak di Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar. Adipati Arya Blitar atau Adipati Nila Suwarna adalah adipati pertama di Kadipaten Arya Blitar (sebutan Kota Blitar dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit hingga kekuasaan Kraton Surakarta Hadiningrat). Beliau adalah tokoh yang berpengaruh dalam pendirian Kadipaten Arya Blitar.
Pada umumnya Makam Adipati Arya Blitar ramai dikunjungi pada Bulan Suro dan juga setiap malam Jum’at Legi. Kebanyakan wisatawan mengunjungi makam ini untuk berziarah.
2.1.7 Monumen Blitar
Monumen Blitar yang dimaksud adalah monument Supriyadi merupakan monumen yang dibangun untuk mengenang peristiwa pemberontakan tentara PETA yang dipimpin oleh Shodanco Supriyadi melawan tentara Jepang. Monumen ini dibangun di depan bekas markas PETA. Awalnya pada monumen ini hanya dibangun sebuah patung saja, namun sekarang telah dibangun 6 patung lagi. Untuk mengenang lebih dalam jasa-jasa para pahlawan PETA, setiap tahunnya di tempat ini selalu diselenggarakan pementasan Teater Pemberontakan PETA.
Tepat didepan monumen ini terdapat TMP (Taman Makam Pahlawan) Raden Wijaya, taman makam ini dibangun sebagai tempat pemakaman pahlawan-pahlawan bangsa yang berada di Blitar. Di dalam TMP Raden Wijaya juga terdapat Monumen Potlot. Walaupun Monumen Plotot hanyalah sebuah tiang bendera namun keberadaan monumen ini tidak dapat diabaikan begitu saja, karena di monument inilah Bendera Merah Putih untuk pertama kalinya dikibarkan oleh Shodanco Partohardjono dalam detik-detik pemberontakan pada tanggal 14 Februari 1945 di Kota Blitar.
2.1.8 Ndalem Gebang
Ndalem Gebang ( Rumah tinggal Bung Karno ) merupakan rumah tempat tinggal Orang tua Bung Karno. Rumah ini letaknya tidak jauh dari Makam Bung Karno kira-kira 2 km ke arah selatan, tepatnya di Jalan Sultan Agung No. 69 Kota Blitar. Rumah ini sebenarnya milik bapak Poegoeh Wardoyo suami dari Sukarmini, Kakak kndung Bung Karno. Selain ditempati oleh kedua orang tua Bung Karno, ditempat ini pula Sang Proklamator pernah tinggal ketika masa-masa remaja. Banyak sekali kenangan Bung Karno yang terukir di Kota Blitar. Seperti kebiasaan beliau pada sore hari yang suka jalan-jalan di 'Bon Rojo' dan ke luar masuk kampung di Bendogerit. Sepanjang perjalanan selalu diikuti anak-anak dan remaja, sambil bernyanyi-nyanyi dan bersenda gurau. Semakin lama jumlah pengiring yang menjadi "pasukan kecil" Bung Karno itu semakin banyak. Acara santai demikian biasanya diakhiri sampai di ndalem Gebang menjelang matahari terbenam.
Ndalem gebang Setiap bulan Juni ramai dikunjungi para wisatawan, baik dalam rangka Haul Bung Karno ataupun karena adanya kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Blitar, seperti Grebeg Pancasila. Dimana Grebek Pancasila ini merupakan salah satu budaya blitar yang unik yang diadakan untuk memperingati hari lahirnya pancasila, yaitu 1 Juni.
2.2 Ragam Budaya Unik Khas Blitar
Kota Blitar selain mempunyai wisata budaya yang bagus, juga mempunyai beragam budaya yang unik dan khas. Yang masih sering dimunculkan mengenai rgam budaya Blitar yaitu Budaya Wayang Orang, Grebek Pancasila, PSP (Purnama seruling Penataran), dan Kirab Budaya.
2.2.1 Budaya Wayang Orang
Budaya Wayang Orang ini dimasa atau era sekarang sudah pudar bahkan hampir mati, namun seniman-seniman budaya yang ada di Kota Blitar tidak ingin budaya bangsa yang lahir sejak dulu itu punah.
Sebagaimana dalam wayang kulit, lakon yang biasa dibawakan dalam Wayang Orang juga bersumber dari Babad Purwa yaitu Mahabarata dan Ramayana. Kesenian Wayang Orang yang hidup dewasa ini pada dasarnya terdiri dari dua aliran yaitu gaya Surakarta dan gaya Yogyakarta. Perbedaan yang ada di antara dua aliran terdapat terutama pada intonasi dialog, tan, dan kostum.
Budaya wayang Orang ini juga telah banyak dikagumi oleh banyak orang dan selain itu dalam rangka melestarikan budaya wayang orang ini,juga ikut berpartisipasi untuk memeriahkan suatu acara, misalanya dalam acara pecan budaya kabupaten Kediri yang dilaksanakan setiap tanggal 30 juli di Simpang Lima Gumul, Wayang orang ini juga turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Pada acara itu, wayang orang yang dibawakan oleh para seniman ini dalam kesempatan pecan Budaya Kediri itu ditampilkan dengan judul “Pergiwo Pergiwati” yang disutradari oleh Erwin dan diskenarioi olehLik Hir.
2.2.2 Grebek Pancasila
Kota Blitar, daerah yang tak lepas dari lembaran kisah sejarah perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pun memiliki begitu banyak tradisi lokal yang harus kita lestarikan, salah satunya adalah Grebeg Pancasila.
Grebeg adalah tradisi masyarakat Jawa yang biasanya diselenggarakan sebagai upacara peringatan hari-hari besar tertentu. Misalnya, Grebeg Suro dan Grebeg Maulud.
Masyarakat Blitar pun menggunakan tradisi Grebeg untuk memperingati secara khusus Hari Kelahiran Pancasila setiap tanggal 1 Juni, yaitu Grebeg Pancasila, yang menjadi satu kesatuan dalam rangkaian acara peringatan Bulan Bung Karno – bulan Juni.
Pancasila sebagai mahakarya dari pemikiran agung dan hasil refleksi Bung Karno selama masa-masa pengasingannya pun tak lepas dari perhatian masyarakat Blitar, khususnya para seniman.Pada masa itu nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia sering dilanggar, maka muncul kemudian hasrat untuk mempersatukan masyarakat Blitar khususnya dalam penegakan kembali nilai-nilai luhur Pancasila.
Pancasila sebagai mahakarya dari pemikiran agung dan hasil refleksi Bung Karno selama masa-masa pengasingannya pun tak lepas dari perhatian masyarakat Blitar, khususnya para seniman.Pada masa itu nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia sering dilanggar, maka muncul kemudian hasrat untuk mempersatukan masyarakat Blitar khususnya dalam penegakan kembali nilai-nilai luhur Pancasila.
Grebeg Pancasila bertujuan mengajak bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghayati nilai-nilai luhur budaya bangsa, sekaligus menciptakan kedamaian, bukan kedamaian semu melainkan kedamaian yang tidak terperangkap dalam pengkotak-kotakan manusia berdasarkan suku, agama, profesi, status sosial, ekonomi, dan agar bangsa Indonesia tidak mudah hanyut dalam berbagai gelombang kehidupan.
Budaya Grebeg Pancasila merupakan salah satu ikon Kota Blitar yang akan menjadi kegiatan warga Kota Blitar rutin setiap tahun, yang juga diharapkan mampu menarik minat pengunjung/wisatawan. Selain itu dapat menyatukan masyarakat Blitar melalui acara Grebeg Pancasila yang melibatkan peran aktif masyarakat Blitar dari segala lapisan, mulai dari pelajar, wiraswasta, seniman, budayawan, pedagang, tukang becak, sopir angkutan umum, dan pegawai negeri.
Mengingatkan masyarakat Blitar akan indahnya keragaman. Masyarakat Blitar memiliki latar belakang budaya, etnis, dan agama yang berbeda-beda. Harapannya, masyarakat mampu hidup bersatu, rukun, dan gotong-royong dalam seluruh aspek kehidupan. Di balik perayaan Grebeg Pancasila terkandung nilai-nilai yang ingin diwujudkan, yaitu Nilai Politis, Nilai Ekonomi, dan Nilai Budaya.
- Nilai Politis: memperjuangkan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
- Nilai Ekonomi: melihat bahwa biaya yang digunakan untuk perayaan Grebeg Pancasila cukup besar, maka membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak dalam menyukseskan acara bersama tersebut.
- Nilai Budaya: memperjuangkan kelestarian budaya bangsa Indonesia yang telah menjadi ciri khas dan kebanggaan bangsa Indonesia karena adanya keanekaragaman tersebut.
Peran Grebeg Pancasila bagi masyarakat Blitar tampak jelas pada saat prosesi Grebeg Pancasila. Berikut ini adalah uraian mengenai prosesi Grebeg Pancasila.
a. Prosesi Grebeg Pancasila
v Bedholan Grebeg
Bedholan Grebeg ialah persiapan upacara Grebeg Pancasila dengan mengambil benda-benda pusaka dari Istana Gebang menuju kantor walikota Blitar oleh pasukan Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima Benda-benda pusaka yang dimaksud yaitu:
- patung lambang NKRI (Garuda Pancasila),
- foto Bung Karno, sebagai penggagas Pancasila, ideologi bangsa Indonesia
- bendera Merah Putih, sebagai bendera pemersatu bangsa Indonesia
- teks pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 di depan Sidang BPUPKI, sebagai cikal bakal Pancasila.
Prosesi pengambilan benda-benda pusaka ini dilaksanakan pada 31 mei pukul 19.00 sampai selesai (tepat sehari sebelum dilaksanakannya upacara Grebeg Pancasila) Selain itu sekarang pada acara Grebeg Pancasila di Bulan Bung Karno ada PARADE LAMPION yang di ikuti oleh sekolah, dinas pemerintaan dan ormas di wilayah Blitar Raya. Parade Lampion di selenggarakan pada malam hari dimulai pukul 19.00 WIB dengan ritual upacara di rumah Bungkarno (Istana Gebang) dilanjutkan pawai lampion menuju ke pelataran Kantor Kota Blitar.
v Upacara Budaya
Upacara Budaya dilakukan pada tanggal 1 Juni pukul 07.00 sampai selesai dan berlokasi di Aloon-aloon kota Blitar. Upacara ini sekaligus memperingati hari lahir Pancasila. Upacara ini dirancang dengan gaya etik dan estetik namun tanpa meninggalkan kekhidmatan dan makna sebuah upacara. Ritus upacara ini diawali dengan Ladrang Grebeg Pancasila, kemudian Ketawang Ibu Pertiwi, disusul masuknya Gunungan Lima yang dibawa oleh Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima yang diiringi dengan iringan gendhing Lancaran Bala Pancasila.
Acara puncak dari upacara Budaya tersebut adalah Sabda Kawedhar, berupa amanat Grebeg Pancasila oleh pembina upacara, yaitu walikota Blitar. Pidato tahunan ini mengakhiri rangkaian upacara yang diikuti mesyarakat seluruh kelurahan di Blitar dan aparat pemerintahan maupun keamanan.
v Kirab Gunungan Lima
Kirab Gunungan Lima merupakan penggambaran lima dasar Pancasila. Simbol itu dikawal oleh Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima. Menurut budayawan KRT Sukardi Purwoyudho Nagoro, Gunungan Lima mempunyai filosofis tersendiri yang diharapkan dapat menjadi simbol akan tuntunan tingkah laku masyarakat. Gunungan tersebut berisi ontong (jantung pisang), kacang panjang, wortel, bawang merah bawang putih, jeruk dan cabe merah. Berikut ini adalah filosofis/makna dari bentuk Gunungan dan aksesorisnya.
1. Makna bentuk Gunungan
Bentuk Gunungan yang mengerucut melambangkan masyarakat Blitar yang bersatu padu, gotong-royong menuju pada satu titik, yaitu Tuhan Yang Mahakuasa.
2. Makna aksesoris yang ada pada Gunungan
Makna dari aksesoris yang terdiri dari ontong, kacang pancang, bawang merah-bawang putih, cabe merah dan jeruk, serta wortel pada Gunungan adalah sebagai berikut.
a) Ontong (jantung pisang) yang berada dipuncak gunungan, mengingatkan akan perlunya hati yang bersih dan mengutamakan hati nurani yang tidak hanya mengandalkan otak dan kecakapan berbicara semata.
b) Kacang panjang yang tumbuh mengikuti lanjarannya (patokannya). Maknanya, bahwa semua tingkah laku manusia harus selalu mengikuti norma atau aturan yang berlaku. Dengan kata lain bahwa masyarakat hendaknya patuh terhadap hukum-hukum yang berlaku secara umum.
c) Bawang merah-bawang putih, melambangkan eksistensi ayah dan ibu. Dimana orang tua menjadi pusat hidup yang mengingatkan sangkan paraning dumadi atau asal-usul dan tujuan hidup di kemudian hari. Sehingga kita juga diharapkan tetap menghormati orang tua.
d) Cabe merah dan jeruk melambangkan sifat kecut/asam dan pahitnya kehidupan. Sifat-sfat kehidupan tersebut pasti akan dialami manusia, maka hendaknya kita selalu mengusahakan yang terbaik, setia belajar pada pengalaman, dan yang peling penting adalah berpasarah pada Sang Mahakuasa.
e) Wortel merupakan sayuran luar negeri dimaknai sebagai kebudayaan luar negeri yang dapat diterima oleh budaya Indonesia. Mengenai hal ini, tentunya masyarakat sendiri diharapkan memiliki sikap selektif dalam menerima kebudayaan asing. Sehingga masyarakat Indonesia sendiri tidak larut dalam budaya yang menyesatkan. Maka dari itu, maka sikap selektif seperti ini perlulah jika bercermin dari Pancasila itu sendiri.
3. Kenduri Pancasila
Sesudah upacara Grebeg Pancasila yang dilaksanakan di Aloon-aloon kota Blitar, Lima Gunungan inti tersebut kemudian diarak menuju makam Bung Karno. Perarakan ini melibatkan hampir seluruh masyarakat Blitar dan para pelajar Blitar sebagai bentuk partisipasi aktif bagi pelestarian budaya lokal. Prosesi terakhir dari Grebeg Pancasila ialah Kenduri Pancasila. Kenduri Pancasila yang dimaksud di sini ialah pemberian doa kepada arwah Bung Karno sebagai bentuk penghargaan bagi penggagas pembentukan Pancasila sebagai inti Ideologi bangsa Indonesia. Disini seluruh warga masyarakat boleh mengikuti Kenduri ini. Tak jarang para wisatawan dari luar kota dan orang-orang yang peduli akan budaya ini juga hadir, walaupun mereka datang dari kota-kota yang jauh seperti Semarang. Prosesi ini dilaksanakan di pelataran makam Bung Karno yang berada di kelurahan Bendo Gerit, kecamatan Sanan Wetan, kota Blitar.
Setelah pemberian doa kepada sang Proklamator usai, acara dilanjutkan dengan Ngalap Berkah. Ngalap Berkah ialah ritus dimana Lima Gunungan yang dipakai sebagai media pemanjatan doa, diperebutkan oleh masyarakat yang meyakini bahwa gunungan-gunungan tadi memiliki kandungan supranatural dan diyakini membawa bala keselamatan bagi yang mengambilnya. Dalam hal ini, masyarakat yang mengambil bagian-bagian dari Gunungan tersebut tetap mempercayai adanya Tuhan sebagai sumber keselamatan dan sumber yang memberi kehidupan.
Kenduri Pancasila mengandung makna penting, yaitu:
- Supaya Bung Karno memperoleh kediaman yang layak disisi-Nya karena melalui dialah ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat tergali.
- Melalui kenduri ini pula khususnya masyarakat Blitar dapat hidup sejahtera, aman dan sentosa.
- Kenduri ini juga sebagai tali pengikat silaturahmi dalam sebuah komunitas masyarakat dan aparat kota Blitar “Manunggaling Kawula lan Pangarsa”.
Dalan perayaan Grebeg Pancasila peran pelajar juga dilibatkan, bahkan hampir di setiap bagian ritualnya. Semoga hal ini mampu mendorong inisiatif kita, para pelajar, untuk turut serta terlibat dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan di daerah kita masing-masing. Semoga kita semakin sadar bahwa peran kita amatlah penting untuk pembangunan di masadepan. Untuk itu, biarkan pundak kita kekar oleh karena tanggung jawab yang diberikan oleh para pendahulu kepada kita demi melestarikan kebudayaan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya, bangsa yang cinta akan kebudayaan daerah dan juga bangga akan kebudayaan nasional. Jangan biarkan bangsa kita dijajah oleh kebudayaan-kebudayaan modern yaag dapat menggerogoti sendi-sendi kehidupan kita. Kita harus selektif dalam bersikap terbuka terhadap kebudayaan baru yang masuk, agar Indonesia selalu tegak nilai-nilai luhur Pancasila yang merangkum seluruh nilai-nilai kebudayaan di daerah kita masing-masing.
2.2.3 PSP (Purnama seruling Penataran)
Purnama Seruling Penataran merupakan pertunjukan seni budaya tahunan milik Pemerintah Kabupaten Blitar melalui Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata bertajuk ‘Pagelaran Seni Pesona Bumi Penataran’.
Pertunjukan pada malam bulan purnama, dilaksanakan di area wisata Candi Penataran selalu berlangsung memukau dan meriah. Kolaborasi PSP dan Pagelaran Seni Pesona Bumi Penataran menyuguhkan visualisasi mengagumkan sebuah epos legendaris bagaian dari sejarah Jawa dan kebesaran Kerajaan Majapahit dengan judul ’Banjaran Gajah Mada’.
Acara ini dipentaskan di panggung terbuka pendapa teras Candi Penataran, pertunjukan ini mampu menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari, teater dan musik dalam satu panggung. Acara ini mengajak penonton menikmati cerita dalam rangkaian gerak tari khas Jawa dan modern yang diiringi musik dan gamelan.
Acara dengan lakon Banjaran Gajah Mada benar-benar menjadi sebuah seni pertunjukan yang cantik, mengagumkan dan sulit tertandingi. Pertunjukkan ini menunjukkan sebuah pesan yang dibawa untuk membangkitkan semangat nasionalisme para penonton melalui pengucapan Sumpah Amukti Palapa (menyatukan nusantara) Maha Patih Gajah Mada.
Kisah Banjaran Gajah Mada berdurasi satu jam yang dibawakan pada pertunjukan ini diambil dari berbagai sumber, kisah, prasasti dan mitologi Jawa kuno serta serupa dengan apa yang tertulis dalam Kitab Pararaton.Jalan cerita dirangkum dalam tiga lakon atau babak.
Dimulai dengan cerita asal-usul, masa kecil hingga dewasa, serta kiprah Gajah Mada pada saat dan setelah berhasil menumpas pemberontakan Rakuti kemudian diangkat menjadi Maha Patih lalu mengantarkan Kerajaan Majapahit pada puncak kejayaan dimasa pemerintahan Raja Tribhuwana Tunggadewi.
Setiap para penonton dibuat untuk bisa terhanyut dan mencermati setiap gerakan agar mengetahui detil cerita. Ada kelembutan gerak-gerik penari-penari Jawa yang khas. Terdapat dialog yang terucap dari para pemeran dan penutur atau narator yang menggambarkan jalan cerita sehingga membuat pertunjukan ini terasa tidak membosankan.
Tidak hanya teater/drama, tari dan musik saja yang dipersiapkan. tetapi, pencahayaan yang luar biasa mampu menggambarkan kejadian tertentu dalam cerita. Begitu pula riasan pada setiap pemeran, tidak hanya mempercantik tetapi juga mampu menggambarkan watak tokoh yang diperankan.
Kelincahan penari-penari saat berakrobat juga sangat menghibur. Menampilkan gerakan-gerakan sulit yang hanya bisa dilakukan oleh mereka-mereka yang sudah terlatih tersaji indah. Pun demikian dengan rangkaian pesta kembang api dan warna-warni asap buatan di awal dan akhir pertunjukan semakin memeriahkan suasana.
Totalitas tokoh-tokoh dalam pertunjukan ini benar-benar memukau. Dan sangat menarik untuk disaksikan, Wima Brahmantya (Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Blitar) pemeran Maha Patih Gajah Mada menyampaikan pesan utama dari cerita dengan mengucapkan Sumpah Amukti Palapa yang diikuti dengan pengibaran sebuah bendera berukuran raksasa di puncak candi induk.
Wima Brahmantya dalam sebuah kesempatan menyampaikan, ide cerita dari lakon Banjaran Gajah Mada digali untuk membangkitkan semangat nasionalisme. Dengan mengambil nilai-nilai dari kerja keras dan jerih payah tanpa pamrih Maha Patih Gajah Mada.
2.2.4 Kirab Budaya
Kirab Budaya merupakan serangkaian budaya ritual bersih desa di Kelurahan Blitar. Acara ini diseleggarakan dengan tujuan untuk terus menerus nguri – nguri budaya denga baik. Acara kirab seni budaya ini diselenggarakan keliling Kelurahan Blitar dengan start dan finish di depan Kantor Kelurahan Blitar. Dalam kirab budaya ini dimeriahkan oleh puluhan grup kesenian yang ada dikelurahan Blitar
Kirab Budaya diikuti oleh kesenian - kesenian yang ada di Kelurahan Blitar. Seperti empat grup kesenian Jaranan dan penampilan komponen pelajar di wilayah Kelurahan Blitar juga ikut andil dalam Kirab Budaya ini, seperti becak hias, drum band serta pasukan pengibar bendera oleh para pelajar. Sedangkan sebelum puncak acara berlangsung, sudah didahului dengan kegiatan - kegiatan keagamaan, seperti pembacaan tahlil dan khotaman Al-Qur’an. Sementara setelah puncak acara juga diisi dengan kenduri massal di Balai Kelurahan Blitar. Setelah selesai sholat Jum’at, diisi dengan kesenian langen tayub hingga malam hari.
Dengan adanya bersih desa ini diharapkan bisa membersihkan diri dan menghilangkan pemikiran negatif untuk menatap kedepan yang lebih baik, tidak hanya bagi pemerintah saja, namun juga masyarakat. Selain sebagai sarana untuk melestarikan seni budaya yang ada.
BAB III
STUDY KASUS
4.1 Melemahnya Solidaritas Remaja terhadap Kebudayaan Purnama Seruling Penataran
Event yang digelar tiap bulan purnama di pelataran Candi Penataran Blitar tersebut merupakan salah satu pagelaran kebudayaan. Pagelaran seni ini diberinama Purnama Seruling Penataran (PSP). Acara pagelaran seni budaya ini didukung seniman-seniman Blitar serta pemerintah kabupaten Blitar.
Pagelaran seni budaya Purnama Seruling Penataran ini dilakukan secara rutin disetiap bulan purnama, dan banyak sekali dikunjungi oleh para seniman-seniman baik dari Blitar sendiri maupun dari para tamu undangan, namun anehnya para remaja yang justru berada dikawasan itu tidak mempunyai rasa solidaritas untuk memeriahkan acara pagelaran ini hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan sosial.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut. Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penguraian study kasus yang ada, yaitu mengenai Melemahnya Solidaritas Remaja terhadap kebudayaan Purnama Seruling Penataran disebakan karena adanya Perubahan social yang merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat,dan masuknya budaya asing.
3.2 Solusi
Rasa solidaritas para remaja yang melemah pada kebudayaan pagelaran seni Purnama Seruling Penataran ini perlu ditumbuhkan kembali agar kebudayaan ini dapat dilestarikan sehingga menjadi kebudayaan yang khas bagi daerah tersebut. Usaha yang perlu dilakukan yaitu mengoptimalisasikan para remaja untuk dapat berperan aktif dalam menyelenggarakan dan melestarikan acara pagelaran Purnama Seruling Penataran, mengadakan Jalur Intrakurikuler disetiap sekolah dan Ekstrakurikuler dengan pembentukan UKM dikalangan mahasiswa serta Forum-forum festival seni mahasiswa semacam Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional (Peksiminas) merupakan wahana yang lain untuk pengoptimalan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah.
Rasa solidaritas dan kepedulian dikalangan remaja ini juga dapat didukung dengan adanya Sarasehan Budaya Spiritual. Tujuan penyelenggaran Sarasehan Budaya Spiritual ini adalah: (1) Memperkenalkan (sosialisasi) budaya spiritual kepada masyarakat pada umumnya khususnya kepada generasi muda. (2) Memperkenalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya spiritual pada generasi muda, beserta fungsi dan manfaatnya bagi pembentukan karakter bangsa. (3) Meningkatkan pemahaman dan kerukunan hidup antarumat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam berbangsa dan bernegara. (4) Meningkatkan peran serta kadang penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam membangun karakter bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
A.Chaldun, 2004. Atlas Jawa Timur. Surabaya: PT Karya Pembina Swajaya.
BPS: Kabupaten Blitar Dalam Angka, 2011
Geertz, Clifford. 1992. Kebudayaan dan Agama. Kanisius: Yogyakarta
Koentjaraningrat. 1980. Pokok-Pokok Antropologi Sosial. Penerbitan Universitas: Jakarta
Poerbatjaraka, R, Ng. 1952. Riwayat Indonesia I. Yayasan Pembangunan: Jakarta
thx buat infonya ya
BalasHapussangat membantu :)